Senin, 07 November 2011

Jurit Malam

Ingat kemah, pasti ingat jurit malam. Jurit malam adalah perjalanan penjelajahan alam yang dilakukan di malam hari. Perjalanan bisa dilakukan di sekitar lingkungan perkemahan saja, atau bisa juga ke luar daerah lingkungan kemah. Jurit malam ini tidak hanya membutuhkan fisik yang kuat, lebih dari itu mental juga sangat harus dipersiapkan, karena seringnya jurit malam disertai dengan pelatihan mental berbentuk tempaan para senior untuk yuniornya. Untuk bangun pun para yunior udah dipaksa dan dibentak-bentak, dengan waktu persiapan yang sangat singkat.

Aku pertama kali mengikuti perkemahan di awal kelas 1 SMP. Itulah pertama kali pula aku mendapatkan pengalaman jurit malam. Tapi jurit malam yang paling berkesan bagiku adalah di pertengahan kelas 1, kemah empat hari di lapangan Desa Dukuh. Di malam terakhir kemah, kami dibangunkan dengan paksa dari tidur kami yang tidak cukup pulas. Setelah dikumpulkan di tempat yang agak lapang, mata kami ditutup dengan kain setangan leher kami sendiri, kemudian disuruh berjalan beriringan dengan rute yang tidak sama tiap regu. Saat kami mulai kehilangan orientasi, kami seolah diajak berjalan menyeberangi sungai, melewati bawah pohon, menerobos bawah jembatan, menyusuri jalan miring, dan lain-lain. Saat kemudian acara selesai kami baru tahu bahwa jalan-jalan tadi hanya buatan kreatif para senior, walaupun ada seorang teman yang terperosok di comberan beneran.

Di awal kelas 1 SMK juga gak kalah seru. Gak menyangka bakal ada serangan mendadak, dari semua peserta hanya 4 orang peserta yang berpakaian lengkap, termasuk aku. Tapi gak ada perbedaan, baju lengkap atau tidak sama saja, kena damprat semua. Si baju tidak lengkap, dimarahi karena tidak sempat pake baju lengkap. Sedangkan si baju lengkap, dimarahi karena tidak mengingatkan temannya soal bajunya. Lah, gimana bisa ngingetin, dengan waktu bangun segitu buat ngurusin diri sendiri aja gak bisa.

Setelah acara, teman-teman masih mengingat dan membahas pengalaman apa aja yang mereka alami selama jurit malam tadi. Teman yang tidak sempat pake kaus kaki tapi pake baju, dibandingin sama sepatu kuda. Yang tidak pake sepatu hanya pake kaus kaki dibilangin mau kung fu. Yang bajunya gak sempat dimasukin dibilang pake baju hamil. Dan lain-lain kata-kata lucu yang terkenang bagi mereka.

Mengalami sebagai peserta, pernah juga mengalami sebagai senior. Ada dua perkemahan yang cukup berkesan. Yang pertama, kemah di awal kelas 2, di masa-masa pertama sebagai senior. Bertempat di dalam sekolah, aku mendapat tugas jaga pos pertama. Tempat posku ini terkenal sebagai salah satu sudut sekolah yang angker, tempat sepeda umum. Jaga dua orang, eh malah teman jagaku ke kamar mandi dulu, agak lama pula. Jadilah aku jaga sendirian di pos, padahal regu yang lewat situ datangnya masih agak lama. Itupun temanku juga belum datang saat regu pertama datang. Tapi alhamdulillah tidak ada gangguan apa-apa selama aku di situ sendirian.

Pengalaman yang kedua saat kemah di luar sekolah. Kemah empat hari yang disebut Kemah Bakti Taruna Teknik (KBTT), kemahnya anak-anak STM, di hari pertama jaga pos di tengah kebun bambu, bersama seorang temanku. Selama menunggu kami berbincang-bincang, pokoknya untuk mengisi waktu biar gak kosong. Lama banget regu yang ditunggu gak muncul, kami sedikit terhibur karena tempat mangkal kami dekat dengan sarang kunang-kunang, cukup banyak kunang-kunang yang muncul di sekitar kami waktu itu. Tapi karena kelamaan nunggu, kami memutuskan kembali lewat jalan awal tadi. Ternyata kami salah tempat dan salah jalan, pos yang seharusnya kami tempati ada di sekitar 100 meter dari tempat kami, dan jalannya gak melewati pos yang sebelumnya kami tempati itu. Nyampe di pos yang sebenarnya, udah lewat regu terakhir yang melewati. Jadilah, ternyata kami menjaga pos abstraknya aja.

Biasanya buat menghadapi serangan dibangunin mendadak, sebelum tidur di hari yang aku curigai sebagai malam eksekusi, aku pake baju lengkap, kecuali sepatu. Pakaian aku tutup dengan memakai jaket, sedangkan sepatu ditaruh di dekat tempat tidur, biar begitu serangan bisa langsung disambar aja. Meskipun demikian, pernah juga salah nyambar sepatu teman, pas dipakai kok terasa sempit gitu gak nyaman, pas hari udah terang eh ternyata bukan sepatuku. Aku biasa ngambil tempat tidur di tempat paling pinggir tenda, jadi bisa langsung dalam posisi siaga lebih cepat. Tentunya semua teman satu regu juga sudah mempunyai persiapan seperti itu pula saat menghadapi situasi sulit bersama.

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar, mumpung gratis lo...!!!

Daftar Blog Saya