Tanya Dilema

Suatu pagi, di tengah-tengah pekerjaan, tiba-tiba ponselku berbunyi. Ada pesan di Facebook Messenger dari seorang temanku.

Seperti Nemo

Ada satu film yang bagiku aneh banget, yaitu Finding Nemo. Inti ceritanya kan ada seekor ayah ikan yang mencari anaknya. Yang aneh itu ternyata ikan ini bisa ngomong. Padahal kalopun ikan bisa ngomong, kan ikan ini ada di dalam air. Coba kita aja yang ngomong di dalam air, kedengeran nggak sama temen kita yang ada di deket kita.

Pakai Bahasa Indonesia

Dari sejak blog pertamaku aku selalu pengen mempertahankan ke-Indonesiaanku, khususnya dalam penggunaan bahasa Indonesia di setiap tulisan blogku. Bukan karena aku nggak bisa bahasa Mandarin, Jepang, Korea, atau India, bukan! Tapi sebenarnya emang nggak bisa sih, tapi bukan itu maksudnya.

Hobi

Hobiku adalah membaca. Aku mendapatkannya dari sebuah majalah anak-anak. Jadi gini awal ceritanya, waktu itu ibuku mengirimkan foto dan dataku ke sebuah rubrik koresponden di majalah anak-anak itu. Dan di bagian hobinya, ibuku menuliskan kalo hobiku adalah membaca.

Power Bank

Di jaman gadget seperti sekarang ini, keberadaan smartphone menjadi bagian kehidupan bagi beberapa orang. Tapi di balik kecanggihan dan segala kelebihannya, ada salah satu sisi di mana smartphone justru lebih boros dalam pemakaian daya baterainya.

Senin, 30 Januari 2012

K-Pop

K-Pop, kepanjangannya Korean Pop ("Musik Pop Korea"), adalah jenis musik populer yang berasal dari Korea Selatan. Banyak artis dan kelompok musik pop Korea sudah menembus batas dalam negeri dan populer di mancanegara. Kegandrungan akan musik K-Pop merupakan bagian yang tak terpisahkan daripada Demam Korea (Korean Wave) di berbagai negara.

Musik pop Korea pra-modern pertama kali muncul pada tahun 1930-an akibat masuknya musik pop Jepang yang juga turut memengaruhi unsur-unsur awal musik pop di Korea. Penjajahan Jepang atas Korea juga membuat genre musik Korea tidak bisa berkembang dan hanya mengikuti perkembangan budaya pop Jepang pada saat itu. Pada tahun 1950-an dan 1960-an, pengaruh musik pop barat mulai masuk dengan banyaknya pertunjukkan musik yang diadakan oleh pangkalan militer Amerika Serikat di Korea Selatan. Musik Pop Korea awalnya terbagi menjadi genre yang berbeda-beda, pertama adalah genre "oldies" yang dipengaruhi musik barat dan populer di era 60-an. Pada tahun 1970-an, musik rock diperkenalkan dengan pionirnya adalah Cho Yong-pil. Genre lain yang cukup digemari adalah musik Trot yang dipengaruhi gaya musik enka dari Jepang (berdasarkan sumber).

K-Pop adalah sebutan yang lebih umum untuk menyebut kelompok yang lebih spesifik, seperti boyband atau girlband yang sekarang lagi menjadi trend di kalangan anak muda di negara kita ini. Hal ini untuk lebih menegaskan bahwa boyband atau girlband tersebut memang bagian dari K-Pop, tapi tidak berarti K-Pop hanyalah boyband atau girlband, karena banyak kesan yang berkembang seperti itu (tentang boyband atau girlband sebagai grup vokal pernah aku tulis di sini).

Dari beberapa video musik, khususnya dari beberapa grup vokal yang aku amati, terdapat beberapa keistimewaan yang mungkin bisa menjadi inspirasi (bukan hanya untuk dijiplak secara membabi buta) bagi industri musik, khususnya grup vokal di Indonesia. Karena kebanyakan grup vokal tersebut diiringi dengan tarian yang enerjik dan dinamis, hampir sama dengan grup-grup vokal jaman dulu. Namun yang berbeda adalah bagaimana gerakan tarian tersebut lebih dinamis dari grup vokal jaman dulu, dengan bentukan formasi dan gerak yang berubah-ubah hampir di setiap bagian lagu, didukung pula dengan set yang beragam dan terlihat kaya warna.

Industri musik K-Pop modern juga tidak asal dan sembarangan dalam melepas seorang/sebuah penyanyi ke pasaran. Agar penampilan mereka tidak malu-maluin, kebanyakan pihak manajemen membuat proses training dalam jangka beberapa waktu dengan jenjang yang bertahap. Jadi meskipun pada awalnya perekrutan mereka dilakukan secara instan, namun dalam proses sebagai penyanyi ‘betulan’ tidak ada yang instan. Dari tahapan tersebutlah kemudian tersaring para pemain yang siap bersaing dalam dunia permusikan.

Aliran musik K-Pop kontemporer pun sangat bervariasi, tidak hanya sekedar pop biasa namun juga banyak dipengaruhi oleh pop dance dan pop tekno (untungnya tidak ada yang terpengaruh dengan pop melayu). Sehingga hanya dengan mendengarkan musiknya, akan muncul kesan semangat dan ceria dalam dari lagu yang dibawakan. Kesan akan terasa lebih kuat dengan dukungan dance dari lagu tersebut.

Hal inilah yang seharusnya menjadi inspirasi di industri musik negara kita. Tidak hanya menjiplak lagu, tampilan, atau video klip dari para penyanyi negara lain yang sudah lebih dulu muncul dan mapan, namun bagaimana pembinaan sejak dini bertahun dan bertahap yang bisa memunculkan kembali penyanyi-penyanyi yang lebih berkualitas dan bukan sekedar instan yang muncul secara sekilas dan hilang secara berkilat. Berharap akan muncul lagi beberapa penyanyi yang akan menjadi legenda jangka panjang di masa mendatang.

Sabtu, 28 Januari 2012

Menyempatkan Waktu untuk Membaca

Tidak banyak bank yang pernah aku datangi yang menyediakan bahan bacaan bagi para nasabahnya. Bahkan di antaranya tidak banyak pula bank yang menyediakan tempat duduk untuk para nasabahnya. Seringnya bank lebih mengorientasikan kepada bagaimana cara para nasabahnya mengantri daripada bagaimana cara para nasabahnya mengisi waktu untuk mengantri.

Pun di tempat-tempat lain, seperti di tempat-tempat pelayanan masyarakat lainnya. Tidak banyak yang menyediakan setidaknya koran atau majalah sebagai pengusir kebosanan bagi para konsumen yang sedang menunggu giliran dieksekusi. Untungnya salah satu tempat yang sering aku kunjungi menyediakan bahan bacaan berupa koran, majalah, bahkan buletin dan bentuk kecil berupa brosur, sehingga mengunjungi tempat tersebut tidak menjadi membosankan.

Bahkan untuk tempat cuci motor pun aku mencari yang menyediakan bahan bacaan untuk dibaca selama menunggu. Terkadang bila sempat aku membawa bahan bacaan sendiri saat mengunjungi beberapa tempat yang aku perkirakan akan cukup membosankan. Lumayan lebih berkualitas dalam menunggu daripada duduk terkantuk-kantuk ataupun berdiri terpegal-pegal.

Memang, seperti yang aku tulis di atas, seringnya sebuah tempat pelayanan lebih mengorientasikan kepada bagaimana cara para konsumennya mengantri daripada bagaimana cara para konsumennya mengisi waktu untuk mengantri. Padahal bila mereka menyediakan bahan bacaan minimal buletin saja, maka konsumen yang menunggu lebih merasa tenang dan tentunya sambil dapat informasi yang mungkin berguna. Tentu saja, pula, khususnya bagi mereka yang suka membaca dan mencari informasi.

Pernah punya pengalaman di rumah sakit tempat kerjaku sendiri, bagaimana sebenarnya kami dulu menyediakan bahan bacaan berupa koran harian bagi siapa saja yang berada di tempat. Namun sayangnya, koran-koran tersebut lebih sering berakhir dengan cara disobek-sobek ataupun dijadikan alas tidur bagi para penunggu pasien. Sehingga selanjutnya ada koran-koran yang tidak lengkap halamannya, tersobek-sobek, atau bahkan hilang tidak ada bekasnya.

Namun memang membaca tetap menjadi sesuatu hal yang penting, meskipun dilakukan untuk mengisi waktu menunggu tersebut. Karena bisa jadi hal-hal yang dibaca merupakan informasi yang bermanfaat, ataupun sekedar sebagai kegiatan pengusir kebosanan waktu tunggu. Setidaknya lebih bermanfaat daripada terkantuk-kantuk atau terpegal-pegal.

Kamis, 26 Januari 2012

Percampuradukan Budaya dengan Agama

Perancis di bawah Raymond Domenech adalah kekacauan. Euro 2008 adalah buktinya. Rasi bintang sepertinya mengatakan kepada Domenech agar David Trezeguet dan Sebastien Frey dibiarkan menyaksikan turnamen dari rumah masing-masing. Susunan skuad yang diturunkan Domenech membingungkan dan memberikan hasil yang sangat, sangat buruk. Domenech memang manajer sepakbola yang memilih squadnya tidak berdasarkan skill dan performa pemainnya, tapi berdasarkan zodiak bintangnya. Dia sengaja menghindari para pemain dengan zodiak tertentu.

Ternyata di kehidupan yang dikelilingi kehidupan modern dan dibalut teknologi canggih, masih ada saja orang yang mendasarkan jalan kehidupannya pada jalannya bintang. Masih banyak orang di sekeliling kita yang masih mempermasalahkan dan menilai seseorang dari hari lahirnya atau zodiaknya. Padahal kalo dinalar secara akal sehat, bagaimana bisa hari lahir mempengaruhi sifat dan nasib seseorang, padahal beberapa orang yang lahir dalam hari yang sama pun belum tentu dan mungkin tidak mungkin mempunyai sifat dan nasib yang sama.

Sayangnya, begitulah yang terjadi, terutama dalam lingkungan kehidupan masyarakat kejawen. Menjalani kehidupan dengan pengaruh ajaran animisme dinamisme kuno dan sedikit dipengaruhi pula dari ajaran Syekh Siti Jenar, membuat hidup dipenuhi dengan ajaran TBC (Takhayul, Bid’ah, dan Churafat). Ajaran Islam yang sedikit tercemar dengan proses asimilasi budaya yang tidak sempurna, menjadikan proses kehidupan yang islami pun menjadi tercampuri. Agama dijalani berdasarkan produk budaya.

Kalaulah benar kalau agama Islam di Indonesia berasal dari Gujarat, India, seperti yang dicetuskan oleh Snouck Horgonje, bisa jadi ajaran Islam yang masuk telah mendapat pengaruh dari ajaran budaya India. Belum lagi begitu masuk ke Nusantara pada waktu itu, ajaran animisme dan dinamisme masih begitu kental dan mendominasi rakyat pada umumnya, sedangkan untuk menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat umumnya menggunakan pendekatan halus dengan sedikit demi sedikit mencampurkan kebiasaan mereka dengan ajaran Islam.

Dan begitulah yang terjadi di masyarakat kuno. Masyarakat kuno menganut ilmu T10 (titen = mengingat), mengamati sesuatu dari beberapa peristiwa yang sudah terjadi, kemudian membuat kesimpulan berdasarkan sebuah peristiwa yang berulang-ulang. Kemudian mengaitkan juga dengan tanggal lahir, hari lahir, weton, berjalannya benda-benda langit, sehingga muncullah apa yang disebut ramalan nasib berdasarkan bintang. Dan sayangnya kemudian budaya tersebut secara turun temurun diwariskan kepada generasi penerusnya, yang kemudian pula dianut secara membabi buta.

Tidak perlu heran dengan proses tersebut, bahkan sejak ribuan tahun lalu saat Islam mulai didakwahkan oleh Rasulullah Muhammad SAW, masyarakat Arab jahiliyah juga menganut hal-hal seperti itu. Bila diamati, jumlah tuhannya masyarakat jahiliyah pada jaman tersebut masih kalah dengan jumlah tuhannya masyarakat Nusantara kuno, dengan berbagai bentuk, macam dan namanya. Bahkan saking banyaknya, sampai sekarang pun masih ada saja tuhan-tuhan tersebut yang dilestarikan dalam wadah tradisi budaya.

Bagaimanapun kita harus menghindari dan menghilangkan pengaruh TBC, yang berdasarkan pada kisah-kisah dongeng, penambah-nambahan dalam ibadah, dan cerita-cerita yang tidak mempunyai sumber yang jelas, dalam kehidupan beribadah kita. Meskipun terkadang kita dikepung dalam lingkungan masyarakat yang masih mengagung-agungkan ajaran berdasarkan TBC, jangan sampai kita terpengaruh dan ikut arus sehingga kita mengikuti ajaran tersebut atas nama toleransi dan pergaulan, dengan mengabaikan nilai-nilai aqidah keislaman kita.

Selasa, 24 Januari 2012

Berhenti Sejenak

Seringkali aku menjumpai orang-orang yang menerobos perhentian lampu merah, padahal saat itu lampu yang sedang menyala adalah lampu merah, yang artinya harus berhenti. Tapi mereka seakan-akan tidak melihat ataupun melihat tapi tidak mau tahu dan terus berjalan saja. Entah dengan alasan apa mereka tidak mau berhenti, kalau dengan alasan harus cepat-cepat sampai ke tujuan nyatanya seringkali mereka yang menerobos tadi juga masih bisa aku dahului di jalan.

Entah sengaja atau tidak memang seperti itulah yang terjadi. Dan seringnya hal ini dikarenakan tidak ada pengawasan dari pihak yang berwenang, sehingga tingkat kesadaran mentaati peraturan yang sudah berkurang malah tambah didukung dengan keadaan tersebut.

Terkadang manusia memang lupa untuk berhenti. Keadaan yang sudah berjalan terlalu enak dan nyaman membuat keinginan untuk berhenti tidak ada, karena kita terlalu khawatir bila kita berhenti maka kita akan ketinggalan, atau bahkan tidak mencapai tujuan seperti yang diinginkan dengan cepat. Padahal berhenti tidak selalu membuat kita tidak bisa lebih sampai ke tujuan dengan cepat.

Dengan berhenti, bisa jadi kita mempunyai kesempatan untuk instropeksi, evaluasi, revisi, dan kemudian menjalankan aksi. Sehingga mungkin di saat kita tertinggal, kita mempunyai bekal yang cukup untuk mencapai tujuan lebih cepat dan dengan cara yang lebih sempurna. Berhenti bukan berarti kita menyerah mencapai suatu maksud tertentu, tapi lebih sebagai sarana berpikir kita untuk mendapatkan cara yang lebih baik daripada saat kita memforsir tenaga dan pikiran kita dalam memperoleh suatu tujuan.

Dan mungkin terkadang kita juga memerlukan pengawas yang akan mengingatkan kita kapan kita harus berhenti, atau kapan kita harus kembali bergerak. Kita terkadang kurang bisa mengatur diri kita sendiri dalam mengusahakan tertentu, sehingga keberadaan sang pengawas akan bisa menentukan langkah kita selanjutnya.

Kamis, 19 Januari 2012

Ikut Bapak

Suatu sore, berhenti di sebuah pertigaan karena lampu merah sedang menyala, di sampingku ada seorang bapak naik motor, sepertinya seorang penjual tahu. Di depan dan belakangnya duduk dua orang anaknya, asyik menikmati perjalanan sore itu. Kelihatannya mereka begitu santai, sedang ikut bapaknya bekerja mengantarkan tahu-tahu ke tempat para pelanggannya.

Aku jadi teringat masa-masa kecilku, sekitar umur 3 – 5 tahun, saat aku juga seperti anak-anak kecil itu, ikut bapak bekerja. Dulu bapak adalah agen minyak tanah, yang kemudian memasarkan ke penjual-penjual lain yang berada di pelosok-pelosok desa. Minyak-minyak tadi dibawa di dalam beberapa jerigen besar, dan diangkut dengan mobil pick up butut kami. Sering kalo aku pas udah pulang dari sekolah di TK, aku diajak bapak untuk jualan keliling. Sebagai anak-anak, seneng banget rasanya bisa ikut kerja bapak, apalagi bisa sambil jalan-jalan keliling desa.

Aku kemudian juga merasakan, bagaimana senangnya anak-anak bapak penjual tahu itu saat ikut bapaknya berjualan keliling. Seolah seperti halnya aku, mereka bisa sambil jalan-jalan. Sang bapak juga sekalian sambil ngajak anak-anaknya refreshing di tengah kesibukannya berjualan. Jadi memikirkan, bagaimana berat dan sulitnya seorang bapak mencari nafkah untuk keluarganya. Tapi di balik itu, memikirkan juga bagaimana mudahnya memberi kesenangan untuk keluarganya, terutama anak-anaknya, dengan mengajak mereka saat bekerja.

Selasa, 17 Januari 2012

Kotaku Kini

Kotaku kini berdenyut 24 jam. Tancapan para pemain pasar kapitalisme seolah memupuk tumbuhnya konsumerisme di kotaku yang kecil ini. Kota kecilku, kini seakan terasa lebih kecil dan sempit. Mulai nampak kebiasaan baru di jalanan, titik-titik kemacetan dalam padatnya lalu lintas, mengikuti bertambahnya pusat-pusat keramaian di kotaku.

Kotaku mulai tumbuh berkembang. Pembangunan pesat yang seolah menjadi lambang modernisasi terlihat di mana-mana, di kotaku, sebuah kota kecil di tengah-tengah area propinsi. Ikon-ikon modernitas merambah tidak hanya di kalangan atas dan menengah, kalangan menengah ke bawah pun turut terseret dan terlibat di dalamnya. Positif, negatif, dua sisi berlawanan yang nampak, mengait satu dan lainnya. Kotaku seolah berbenah, menuju masyarakat metropolis.

Alhamdulillah, kotaku berdenyut 24 jam. Di balik kehidupan ekonomi di siang hari, masih terlihat beberapa rombongan jamaah di tengah malam, berjalan menuju ke pusat kota. Rombongan ibu-ibu bermukena berjalan menyusuri pusat kota, bukan untuk berbelanja, tetapi menuju ke salah satu tempat religi favorit. Sebuah masjid yang konon menjadi saksi bisu pemekaran dan penyebaran agama Islam di kotaku, masjid kuno yang sampai sekarang masih berdiri dan ramai dikunjungi banyak orang. Bukan hanya dari dalam kotaku sendiri, tapi juga dari daerah sekitar kotaku. Sebuah masjid yang tepat berada di pusat kota, di balik kehidupan perekonomian dan hiruk pikuk keduniawian.

Kotaku tetap aman dan tentram, bersemi dan bersinar terang. Modernisasi tidak akan menghapus sisi keagamaan dari kotaku ini. Positif, negatif, dua sisi berlawanan yang nampak, mengait satu dan lainnya.

Minggu, 15 Januari 2012

Poskamling

Aku masih sempat mendapati di mana poskamling di sekitar rumahku masih mengalami keramaian dalam eksistensi kegiatannya. Memang di sekitar rumah, di tiap blok (RT/RW) selalu ada sebuah tempat bernama pos keamanan lingkungan, atau lebih sering disebut dengan singkatannya, poskamling. Pos pusat kegiatan sistem keamanan lingkungan (siskamling), di mana para penjaga dan peronda (biasanya warga lingkungan tersebut dan dibantu oleh petugas hansip) berkumpul untuk kemudian melakukan giliran ronda tiap malam untuk menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan.

Isi dari poskamling cukup beragam tapi yang pasti terdapat berbagai peralatan yang mendukung kegiatan siskamling itu sendiri. Ada beberapa pentungan, tikar, alat permainan untuk mengisi waktu ronda seperti papan catur ataupun papan karambol, ada juga yang dilengkapi dengan peralatan elektronik macam televisi atau radio, kemudian di bagian luarnya ada sebuah lonceng besi sebagai tanda untuk penduduk di sekitar. Poskamling juga bisa dipakai sebagai tempat berkumpulnya warga sekitar, walaupun hanya sekedar duduk-duduk, ngobrol sambil nonton televisi bareng.

Tapi entah sudah berapa lama kemudian poskamling tidak lagi eksis. Kurang jelas juga penyebabnya, entah karena lingkungan sudah tidak perlu dijaga lagi, atau fungsinya kurang efektif, atau hanya sebagai pengganggu lingkungan saja. Yang pasti satu per satu poskamling hilang ruh kegiatannya. Ada yang oleh penghuni rumah di dekatnya diratakan dan dijadikan bagian dari rumahnya. Ada pula yang beralih fungsi sebagai tempat jualan. Ada yang dirobohkan begitu saja. Yang masih berdiri pun, seringnya tidak terawat, meskipun masih layak dipakai.

Beruntung aku masih menemui beberapa pos yang tidak jauh dari rumahku, masih terdapat benda-benda peralatan pendukung siskamling. Meskipun yang aku tahu pos itu sudah tidak berfungsi sebagaimana mestinya, namun masih bisa didapati pentungan-pentungan yang masih tergantung di dalamnya. Pintunya? Ada yang sepertinya terkunci rapat, dan entah siapa yang membawa kuncinya.

Sabtu, 14 Januari 2012

Mati Listrik

Selalu ada hikmah di semua kejadian, termasuk saat listrik sedang padam. Hikmahnya adalah kita jadi sadar kalo kita ternyata punya sesuatu yang bernama listrik. Karena pada saat-saat biasa listrik selalu ada dan selalu digunakan, kita seringnya tidak sadar bahwa kita punya listrik. Listrik adalah hal yang biasa bagi kita. Tapi saat listriknya sedang tidak ada, baru terasalah bahwa ternyata kita setiap hari selalu menggunakan bantuan tenaga listrik.

Sama halnya dengan sakit, misalnya sakit gigi. Dengan sakit inilah kita baru menyadari bahwa kita punya gigi, yang ternyata terasa saat sedang sakit. Gigi yang kita punyai sejak kecil sering terlupa disyukuri saat sedang dalam keadaan normal, tapi sebaliknya, akan terasa termiliki saat sedang tidak dalam keadaan normal.

Rasa memiliki itu harusnya selalu ada, dalam keadaan apapun. Saat kita merasa memiliki, kita harusnya mensyukuri bahwa kita sedang memiliki sesuatu. Tapi saat sedang hilang, atau tidak lagi dimiliki, atau mungkin dalam keadaan yang tidak biasanya, harusnya rasa syukur juga tetap ada, tidak bisa hilang. Karena pada saat memiliki sesuatu yang dalam keadaan yang tidak wajar, kita pasti akan terbayang saat sesuatu itu dalam keadaan normal.

Jumat, 13 Januari 2012

Dari Sebuah Maaf

Maaf adalah usaha untuk menutup kesalahan orang lain kepada kita. Terkadang kalau kesalahan orang lain tersebut terlalu membekas, sedangkan kita harus memaafkan, bisa jadi kita menutup kesalahan orang lain tersebut dengan luka kita, luka yang masih terbuka. Jadi saat kita menyelesaikan satu sisi, sisi yang lain akan tetap terbuka.

Maka dari itulah, sikap ikhlas dan tabah diperlukan dalam memaafkan. Kita ikhlas membiarkan kesalahan orang lain sebagai sesuatu yang harus dihilangkan, dan ikhlas menjadikan luka kita sebagai penutup kesalahan tersebut. Kita juga tabah dalam menghadapi luka kita yang masih terbuka. Namun yang juga masih perlu diingat lagi, bahwa kita juga tidak bisa membiarkan luka kita terbuka terlalu lama. Harus segera dilakukan tindakan agar luka tersebut tidak malah terinfeksi dengan hal-hal lain.

Karena jika luka tersebut tidak segera ditangani, ingat bahwa luka tersebut menutupi sesuatu yang lain, yang tidak ingin kita munculkan lagi. Jika kemudian luka itu terinfeksi dan malah membuat luka baru, atau membuat luka tadi lebih lebar, maka apa yang ditutupi sebelumnya akan muncul kembali, membekas atau bahkan terlihat nyata dan jelas. Bisa-bisa maaf yang sebelumnya kita jadikan pondasinya jadi terlihat sia-sia, karena nilai keikhlasan dan ketabahannya rusak.

Butuh pengorbanan dan ketabahan besar, memang, membiarkan luka kita sendiri menutupi kesalahan orang lain. Karena mungkin berkorban untuk orang lain memang sangat sulit dilakukan, terlebih lagi oleh mereka yang menganggap bahwa mengapa harus orang lain yang mendapatkan keuntungan dari hal ini. Namun, bila dipikir lebih jauh lagi, sang pemaaf akan mendapatkan lebih banyak keberuntungan karena saat mereka berhasil menutup lukanya dengan sukses, tidak akan ada lagi hal-hal yang tidak bisa dia ikhlaskan untuk hidupnya.

Kamis, 12 Januari 2012

Mempertahankan Pilihan

Apa yang membuat seseorang mengalihkan konsentrasi dari sebuah pilihan yang telah dibuatnya, bosan dengan pilihannya, menyesal dengan pilihannya, ataukah ada pilihan lain yang lebih logis? Setiap orang harusnya menyadari, membuat suatu pilihan sudah melalui berbagai proses berpikir dan menimbang, sehingga keputusan yang muncul sudah pasti tidak perlu disangsikan lagi. Memilih memang tidak bisa lepas dari kehidupan setiap manusia. Banyak pilihan, banyak konsekuensi pula yang harus dihadapi.

Pilihan satu dengan yang lain bisa jadi mempunyai konsekuensi yang sama, hanya mungkin melewati proses yang berbeda. Sehingga perlu pemikiran lebih yang lebih menyempitkan kategori pertimbangan yang ada. Pada saat keputusan akhir telah diambil, pilihan mana yang akan dipilih, maka konsentrasi menjalani pilihan tersebut harus tetap terarah dan berada dalam jalur yang benar.

Satu hal lain yang juga dibutuhkan adalah keteguhan hati. Karena setiap pilihan akan ada tantangan dan rintangannya, maka di saat menghadapinya keteguhan hatilah yang akan berperan. Jika hati sudah goyah saat menghadapi hadangan berbagai rintangan dan tantangan, maka pasti akan jatuh di tengah perjalanan, tidak mampu lagi melanjutkan perjalanan menuju tujuan. Tapi jika keteguhan hati tetap ada dan konsisten, maka akan kuat menghadapi apapun yang ada di depannya. Dan mungkin tidak akan ada penyesalan jika dirasa pilihan yang telah dipilih itu malah memberikan banyak kesulitan baginya.

Memilih memang sesuatu yang berat, tapi menjalani pilihan juga tidak kalah beratnya pula. Dan akhirnya seseorang yang konsisten dan berpegang teguh pada pilihannya, dia akan mampu berjalan tegak sehingga mencapai tujuan pilihannya.

Rabu, 11 Januari 2012

Menjaga Peluang

Orang-orang berjiwa opportunis selalu mempunyai nilai lebih daripada orang lain dalam hal memanfaatkan peluang dan kesempatan. Mereka akan selalu punya penempatan posisi yang tepat, sehingga saat mendapatkan peluang maka tidak perlu lama-lama untuk mereka manfaatkan. Mereka akan selalu menghadirkan visi yang matang, pengamatan akurat, kesabaran hati, pemikiran cepat, dan tindakan yang tepat.

Penempatan posisi yang cukup penting dalam memahami setiap prospek yang ada, sehingga pada saat kesempatan datang mereka sudah berada pada posisi yang tepat dalam mendapatkannya. Dalam memperkirakan setiap kemungkinan yang ada, mereka sudah punya konsep yang jelas bahkan sebelum tahu apa yang terjadi. Mengamati dengan mendetail pada setiap keadaan, baik yang sudah dilalui maupun yang belum dijalankan. Bersabar dalam menanti kesempatan, karena tidak setiap saat peluang ataupun kesempatan bisa datang menghampirinya, sehingga tidak bisa setiap saat mereka menjalankan konsep dan rencana awal karena bisa saja tidak cocok dengan keadaan yang sedang terjadi.

Berpikir cepat dengan perubahan, selalu punya rencana cadangan bila diperlukan, dan selalu mengikuti perkembangan perubahan arah yang terjadi. Dan akhirnya dengan rancangan matang dari awal, pelaksanaan tindakan terakhir akan berjalan, kesempatan bisa tidak tersia-siakan, dan mereka akan lebih siap daripada yang lain. Mungkin sukses tidaknya hasil akhir tetap akan bergantung pada bagaimana pelaksanaan mereka dalam kesempatan yang mereka miliki dan peluang yang mereka dapatkan, tapi setidaknya mereka telah dalam posisi yang tepat dalam mengambil kesempatan yang ada.

Selasa, 10 Januari 2012

Karena Satu Orang

Prosedur pekerjaan sudah dikerjakan semua, setiap tahap demi tahap pekerjaan selesai, klarifikasi dan konfirmasi sudah dilakukan, dan tinggal tahap akhir untuk mengirim rekap ke pihak ketiga. Tapi ternyata, karena perubahan data dari salah satu personil, maka pengiriman rekap dibatalkan dan harus diulang pengerjaannya.

Memang tidak dimulai ulang dari pertama, hanya beberapa data yang berhubungan dengan rekap akhirnya, tapi tetap saja merupakan pekerjaan yang berat, selain harus membuka ulang komputer dan file yang dibutuhkan, waktu yang dihabiskan jadi lebih banyak dan molor. Dan akhirnya waktu pengiriman tidak tepat pada rencana semula.

Mungkin seorang itu tidak lebih penting daripada keseluruhan proses dan rencana, tapi tetap saja, seorang masih dibutuhkan untuk melengkapi keseluruhan proses dan rencana tersebut. Karena bisa jadi seperti yang terjadi di atas, keterlambatan seorang personil dalam perubahan data bisa berakibat pada berantakannya jadwal, berubahnya arah rencana, dan juga bisa berakibat pada keseluruhan tim.

Setiap personil juga punya andil dalam tim, bisa jadi seorang personil menguatkan seluruh tim, tapi bisa pula seorang personil menghancurkan tim. Tim yang kokoh terdiri dari beberapa personil anggota yang mempunyai visi dan keinginan yang sama, sehingga bisa saling menguatkan satu sama lain. Jika salah satunya keluar dari jalur yang ditetapkan, maka hal itu bisa merusak dan mengganggu personil tim yang lain.

Senin, 09 Januari 2012

Sang Pengemis

Dari sebuah berita yang aku baca dari radio, dilaporkan bahwa Kediri adalah daerah yang masih sangat berprospek bagus bagi pengemis. Kabarnya para pengemis itu tidak hanya berasal dari daerah Kediri saja, tapi dari daerah-daerah luar sekitar Kediri yang ber’migrasi’ tempat kerjanya ke daerah Kediri, terutama Kediri Kota. Hari Jum’at adalah hari di mana para pengemis melimpah terutama di daerah pusat kota dan pusat pertokoan Kota Kediri, seperti di Jalan Dhoho dan sekitarnya.

Maklum saja, hampir di setiap toko memasang tulisan ‘Selain Jum’at Ngamen Gratis’, yang ternyata tidak hanya ditujukan buat pengamen saja, tapi juga buat para pengemis. Sehingga ada dugaan semacam kegiatan pengemis yang terkoordinir, dikarenakan saking banyaknya pengemis yang turun ke jalan pada hari itu. Tak jarang pula ada anak-anak kecil yang ikut berkeliling dari toko ke toko.

Selain pengemis ‘rutin’ di hari Jum’at, ada juga pengemis ‘reguler’ yang beroperasi di beberapa perempatan lampu merah. Meskipun sudah ada larangan berupa tanda dan tulisan, namun tetap saja masih ada pengemis yang bekerja di lampu merah, menunggu lampu berwarna merah menyala, kemudian berkeliling ke mobil-mobil yang sedang parkir menunggu menyalanya lampu hijau. Di daerah kerja ini juga ada anak-anak kecil yang ikut memadati area ini. Terkadang bukan hanya mobil saja yang dimintai, pengendara motor juga dimintai meskipun agak jarang.

Bukan hanya larangan beroperasi bagi pengemis saja, ada juga larangan memberikan uang bagi para pengemis yang ada di perempatan ini, agar tidak mengajarkan kebiasaan bagi para pengemis untuk turun ke jalan, terutama di perempatan. Ironisnya, dari para pengemis ini ada beberapa pelajaran yang bisa diambil (tentunya bukan pelajaran meminta-minta). Yang pertama adalah berbaik sangka. Saat seorang pengemis menghampiri sebuah mobil, yang kemudian si pengemudi mobil tidak memberikan apapun kepada pengemis selain lima jari (tanda tidak memberi), sang pengemis dengan baik sangkanya akan tetap menuju ke mobil berikutnya, tetap berpikir bahwa mungkin mobil berikutnya akan memberikan sesuatu kepadanya. Demikian seterusnya sampai lampu hijau menyala.

Yang kedua adalah konsisten. Saat perputaran proses di atas dilakukan, entah mendapatkan sesuatu atau tidak, di lampu merah selanjutnya dia akan melakukan hal yang sama, terus menerus sampai ‘jam kerjanya’ habis, siklus memutar mungkin juga akan terjadi di hari berikutnya, dan hari berikutnya pula, entah di tempat yang sama atau beda tempat.

Tentunya kita diharapkan tidak menyerah, saat dalam sebuah proses yang berjalan kita mengalami sebuah kegagalan atau penolakan. Seharusnya kita tetap menumbuhkan baik sangka, bahwa dalam proses perjalanan selanjutnya akan ada keberhasilan meskipun hanya sekali. Dan juga tetap konsisten dalam melakukan sebuah pekerjaan yang hasilnya belum tentu kita berhasil atau tidak. Seseorang yang mengalami 2000 kali kegagalan untuk mencapai 1 kali keberhasilan tidak bisa dikatakan gagal total, karena dia telah menemukan 2000 cara meraih keberhasilan. Tetap berbaik sangka dengan keberhasilan yang mungkin akan datang, dan konsisten dengan usaha yang dilakukan.

Minggu, 08 Januari 2012

Simbol

Masih sering mendapati beberapa pekerjaan ketikan dengan menggunakan simbol-simbol, sedangkan pengerjaannya masih menggunakan format ala kadarnya. Mungkin bisa jadi pengetiknya tidak tahu atau membuat formatnya terlalu rumit, sehingga apa yang bisa dipake untuk membuatnya maka itulah yang dipake.

Beberapa simbol itu di antaranya adalah simbol-simbol matematika dan juga beberapa simbol yang menggantikan istilah-istilah tertentu, misalnya ‘kurang lebih’, ‘derajat’, dsb. Yang sering dipakai dari simbol-simbol matematika adalah ‘kurang/lebih dari sama dengan’, ‘kali’, dsb. Semua simbol-simbol ini sebenarnya sudah ada dalam fasilitas aplikasi pengolah teks seperti MS Office Word yang sering dipakai, tapi rupanya bagi pengguna umumnya masih jarang dipakai dalam pengerjaan pengetikannya.

Di antara simbol-simbol ini, kemudian aku temukan ada beberapa simbol yang bisa dibuat dengan tombol-tombol shortcut langsung dari keyboard, sehingga mempermudah dan mempercepat pekerjaan, terutama jika di tengah-tengah teks ditemui simbol-simbol tersebut. Misalnya ‘kurang lebih’ yang disimbolisasi dengan ‘±’, bisa didapatkan dengan menekan tombol ‘Alt’ (tekan terus) sambil menekan tombol numerik ‘0177’ (‘Alt’ dilepas setelah empat digit angka ditekan). Kemudian ‘derajat’ yang disimbolisasikan dengan ‘°’, bisa didapat dari ‘Ctrl’ + ‘Shift’ + ‘2’, lepas, kemudian tekan spasi. Atau bisa juga dengan 'Alt' + '0186'. Satu lagi yang sering dipakai adalah ‘kali’ dengan simbol ‘×’, didapatkan dari tombol ‘Alt’ + ‘0215’.

Di antara pemakaian simbol-simbol tersebut, ada beberapa simbol yang sering ditemui kesalahan dalam pembuatannya. Misalnya dari simbol ‘≤’ atau ‘≥’, pengguna umum akan menggunakan simbol ‘<’ atau ‘>’ yang digarisbawah. Simbol ‘±’ juga demikian, hanya berupa simbol ‘+’ yang digarisbawah. Simbol ‘°’ memakai huruf ‘o’ yang di’superscript’ sehingga naik ke atas. Dan satu lagi, ‘×’ yang menggunakan huruf ‘x’. Padahal, hal ini akan lebih menyulitkan pengguna saat kemudian formatnya diganti, atau jenis fontnya diganti, atau sebab-sebab lain yang mengakibatkan font berubah. Sementara jika menggunakan simbol-simbol aslinya, kemungkinan besar tidak akan ada perubahan bentuk dari bentuk aslinya.

Hal-hal seperti ini mungkin lebih banyak ditemukan pada pengguna yang suka mengotak-atik aplikasi, pengguna yang kurang puas dengan proses rumit sehingga mencari dan menjelajahi aplikasi untuk memudahkan pekerjaan, atau pada pengguna yang suka menemukan hal-hal baru dari sebuah aplikasi. Semuanya sudah disediakan sebagai fasilitas aplikasi, tapi belum dipakai secara optimal oleh penggunanya. Hal-hal yang baru, berasal dari pengalaman pribadi, yang bisa dibagi bersama dengan pengguna yang lain, sehingga kesulitan-kesulitan yang timbul kemudian bisa diminimalisir dan dihilangkan. Karena sebaiknya sebuah dokumen bisa digunakan untuk segala format penulisan, tanpa perlu banyak perubahan formatnya.

Sabtu, 07 Januari 2012

Sampai Detik Terakhir

Menit 91 dan 93. Dalam sepakbola, menit-menit ini di luar waktu normal, atau biasa disebut sebagai injury time. Tapi banyak orang berpendapat bahwa dari injury time inilah hasil pertandingan bisa ditentukan, yang terkadang hasilnya di luar dugaan setelah waktu normal. Bayern Munich di tahun 1999 telah merasakan hal ini. Unggul dalam permainan selama 90 menit waktu normal melawan Manchester United, tak disangka di menit 91 mereka kebobolan. Dan saat pendukung kedua kubu sudah menganggap satu gol sudah cukup (pendukung Bayern Munich menganggap satu gol masih cukup untuk bisa main di perpanjangan waktu, demikian pula pendukung Manchester United menganggap satu gol sudah cukup menghindarkan mereka sementara dari kekalahan), dua menit kemudian Manchester United kembali membuat satu gol untuk kemudian memastikan kemenangan mereka.

Bagi Bayern Munich, bukan berarti mereka puas dengan kemenangan satu gol di waktu normal, sehingga mereka main aman. Mereka juga masih berjuang keras di waktu tersisa. Sebaliknya pula bagi Manchester United, bukan berarti mereka menyerah dengan kekalahan satu gol di waktu normal, mereka juga masih berjuang keras di waktu tersisa, selama pertandingan belum berakhir. Dan kemudian meskipun sama-sama berjuang, akhirnya kita tahu pihak mana yang perjuangannya lebih keras.

Bagi beberapa orang, mendapatkan sebuah kesulitan atau masalah bisa jadi berarti hidup mereka berantakan, bahkan mungkin berpikir bahwa bagi mereka hidup sudah berakhir. Padahal tidak demikian, pemikiran-pemikiran itu hanya akan muncul pada mereka yang berpikiran dangkal dan hidup jangka pendek, yang begitu terhempas mereka akan hidup dengan mengalir begitu saja. Padahal ada bahaya bagi mereka yang hidup bagaikan air mengalir, karena pada saat mereka terseret arus, mereka akan sulit untuk berhenti dan bergerak balik melawan arus. Kalau arus mengalirkan mereka ke tempat yang bagus mungkin akan bisa memperbaiki kemungkinan hidup, tapi kalau alirannya ke tempat yang salah, bisa-bisa sia-sialah perjalanan mereka.

Karena hidup bukan hanya untuk mati, tapi hidup juga untuk kehidupan sesudah mati. Masih banyak yang perlu dipikir dan dicari daripada terus tenggelam dalam kegagalan, karena itu pemikiran jangka panjang diperlukan untuk menjaga agar hidup tetap selalu bermanfaat bukan hanya untuk diri kita sendiri, masa depan kita, orang lain, ataupun lingkungan, tapi juga untuk kehidupan sesudah mati kita yang juga sangat lebih penting daripada segalanya. Tapi terkadang kita terlupa, karena gemerlapnya dunia semu dan sementara lebih menyilaukan mata, demikian juga dengan masalah yang mungkin kita hadapi bisa menutup prospek cerah masa depan kita.

Semangat MU 1999 tak hanya jadi semboyan semangat, tapi juga harus bisa diaplikasikan. Dan hasil akhirnya tidak tergantung pada belas kasihan orang lain dan pengaruh dari hal lain, tapi lebih bergantung pada usaha dan mental diri kita sendiri.

Jumat, 06 Januari 2012

Menanti Sabar

Mungkin terkadang manusia menantikan sesuatu, entah itu sesuatu yang penting untuk hidupnya sekarang, atau bermanfaat untuk hidupnya di masa mendatang. Jika sesuatu yang perlu dan pantas untuk dinantikan, pastinya siapapun akan tetap menunggunya dengan sabar.

Sabar adalah sebentuk bagian dari rahmat Allah, yang kita tahu bahwa rahmat Allah itu sangat luas tanpa batas, sehingga bisa dikatakan bahwa sabar itu tidak ada batasnya. Kalo kita sering dengar bahwa ‘sabar itu ada batasnya’, mungkin kalimat itu hanya akan muncul di sinetron-sinetron lebay dari televisi kita. Kalaupun ada batasnya, mungkin kita sendiri yang membuat batas-batas itu.

Sebenarnya yang perlu diberi batas bukanlah sabarnya, tetapi kita perlu membuat batas sebagai titik penentu, di mana kita harus mengambil keputusan di titik tersebut, apakah kita harus menyudahi masa penantian, atau kita masih perlu terus menunggu hal tersebut. Semisal nih, ada seseorang yang mengharapkan sebuah pekerjaan yang benar-benar dia inginkan sejak lama, kemudian ada sebuah kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan tersebut, tapi tidak ada kepastian kapan pemberitahuan lolos tidaknya untuk bekerja. Jika dia benar-benar mengharapkannya, dia akan terus menunggu walaupun belum ada kejelasan, baginya yang penting dia sudah mendapatkan jalannya walaupun belum dapat hasilnya. Tapi bisa saja dia kemudian mencari pekerjaan yang lain jika dia mulai merasa tidak ada harapan baginya karena tidak ada kejelasannya.

Jika orang ini membuat suatu titik penentu, maka salah satu jalan harus dijalaninya, tetap bertahan atau mencari jalan lain. Tentunya dia juga harus konsisten dan konsekuen dengan keputusan yang diambilnya. Jika dia memilih tetap menunggu, maka tunggulah dengan sabar dan istiqomah, apapun hasil di akhir tidak perlu menyesal karena telah menghabiskan waktu hanya untuk menunggu. Tapi bila dia memilih untuk mencari jalan yang lain, maka dia juga harus bersungguh-sungguh dengan jalannya tersebut, kalo ternyata hasil di jalan satunya positif, dia harus tetap berusaha mempertahankan keputusan yang telah dia ambil sebelumnya, bersikap sportif.

Tentunya menunggu tidak selalu pekerjaan yang membosankan selama orang yang menjalani menikmatinya sebagai salah satu usaha mempertahankan pendiriannya.

Kamis, 05 Januari 2012

Anak dan Orangtuanya

Sepasang bapak dan ibu, beserta seorang anaknya, menaiki sebuah sepeda motor, mencapai sebuah perempatan lampu merah yang lampunya pas menyala warna merah. Di tiang lampu tersebut, terpampang jelas bagi mereka yang bisa membaca, ‘Belok Kiri Ikuti Isyarat Lampu’. Sang bapak sudah menghentikan motornya dan berhenti beberapa saat, tapi kemudian sang ibu berpendapat lain. Baginya tidak apa-apa menerobos lampu merah, toh juga mereka belok ke kiri. Dan akhirnya sang bapak melajukan motornya di saat semua orang masih berhenti karena mentaati peraturan di lampu merah.

Kejadian ini benar-benar terjadi beberapa bulan yang lalu, aku tahu persis karena aku berhenti tepat di samping kanan bapak itu. Saat kemudian sang bapak memutuskan untuk melajukan kendaraannya, satu hal yang terpikir di pikiranku adalah anaknya tadi. Sang anak telah menjadi saksi pelanggaran peraturan yang dilakukan oleh orangtuanya, betapa sebuah tindakan yang paling efektif untuk menanamkan kepada seorang anak kecil bahwa melanggar peraturan itu tidak apa-apa. Sebuah pelajaran kesalahan dan pengajaran moral tepat di depan matanya sendiri, yang dicontohkan oleh orangtuanya sendiri.

Maka jangan hanya menyalahkan lingkungan anak saat anak-anak didapati mendapat pengaruh buruk dan berperilaku tidak sepantasnya. Perlu juga ada instropeksi bagi para orangtua dalam bersikap dan berperilaku karena anak-anak juga pasti akan mencontoh mereka. Faktor lingkungan adalah pengaruh eksternal, maka faktor orangtua harus bisa lebih kuat daripada lingkungannya. Penanaman ide dan perilaku yang baik dengan kuat sejak anak masih kecil menjadi salah satu cara untuk membentengi anak dari pengaruh eksternal tadi.

Saat kemudian ada pelanggaran peraturan, aku hanya bisa bertanya-tanya bagaimana mereka dididik oleh orangtua mereka, atau bagaimana mereka mendidik anak-anak mereka. Memang aku belum pernah menjadi orangtua dan mengasuh anak-anak, tapi bagiku hal ini juga sangat penting, karena bisa jadi sikap dan perilaku anak adalah cerminan dari sistem pembinaan dan pengasuhan dari orangtua mereka sendiri.

Rabu, 04 Januari 2012

Baca-Baca

Dulu, saat televisi di rumah masih hanya bisa menyiarkan satu stasiun televisi saja, yang aku ingat jarang atau mungkin tidak ada acara dari luar negeri yang dialihbahasakan ke bahasa Indonesia. Entah itu film, drama serial, atau bahkan film kartun. Aku masih ingat gimana melihat film kartun dengan membaca, apalagi waktu itu aku belum tahu bagaimana cara membaca terjemahan film tersebut, masih bingung liat ada film kartun dengan tulisan-tulisan kecil di bawahnya. Tapi lumayan mengasyikkan, karena dengan itu selain melatih membaca dan memahami cepat, juga memperkaya kosakata dari teksnya tersebut.

Beda lagi dengan sekarang, saat acara-acara dari luar negeri di televisi berhamburan, banyak acara yang kemudian dialihbahasakan dengan dubbing, suara aslinya diisi oleh dubber dengan menggunakan bahasa Indonesia. Gak hanya film-film kartun, film-film remaja dan dewasa pun juga sering diisisuarakan. Tentunya ada sisi positif dan negatifnya dari hal ini. Dulu dengan membaca terjemahannya juga mendukung program pemerintah untuk membebaskan masyarakatnya dari buta aksara. Selain itu juga dengan alasan yang seperti aku rasakan itu, bisa melatih membaca dan memahami secara cepat, dan juga memperkaya kosakata dari tulisan.

Membaca terjemahan juga bisa melatih penguasaan kata-kata dari bahasa asing, karena bisa mencocokkan kata-kata yang diucapkan dalam acara tersebut dengan kalimat terjemahan di bawahnya. Selain itu nuansa dan situasi film lebih terasa alami dengan tanpa ada dubbing. Sedangkan dubbing, dengan latar belakang mempermudah memahami sebuah film, para pemirsa akan dapat dengan cepat menguasai jalan cerita film tanpa membaca. Menonton sebuah acara bahkan bisa dilakukan tanpa menonton langsung ke arah layar kaca, cukup mendengarkan udah bisa tahu bagaimana alur acara tersebut.

Entah apakah ada hubungannya atau tidak, dengan dubbing pemirsa jadi terpengaruh untuk malas membaca, karena udah terbiasa dengan kemudahan dalam menonton acara tersebut. Membaca, terutama yang panjang, adalah kegiatan yang jadi agak berat dan membosankan. Padahal hidup kita tidak lepas dari hal yang bernama membaca. Ke mana pun akan secara sengaja atau tidak, pasti manusia akan membaca, menemui aksara di mana-mana. Kemalasan dalam membaca juga bisa mempengaruhi bagaimana seseorang menganggap sebuah tulisan menjadi tidak terlalu berharga. Tulisan larangan-larangan malah menjadi sesuatu yang menantang untuk dilanggar. Tulisan ‘Belok Kiri Ikuti Isyarat Lampu’ misalnya, bukanlah hal penting untuk jika udah berhadapan dengan kebiasaan. Tulisan ‘Jagalah Kebersihan’ bukanlah hal yang harus ditaati karena terlalu terbiasa.

Ngomong-ngomong soal ‘Jagalah Kebersihan’, jadi ingat sebuah ungkapan bahwa dalam membuang sampah masyarakat Indonesia sama dengan bangsa lain yang disiplin. Persamaannya adalah sama-sama membuang sampah pada tempatnya. Bedanya, bagi bangsa lain, tempat sampah ada di suatu tempat di mana setiap sampah harus dibuang ke tempat itu, sedangkan bagi masyarakat Indonesia, setiap tempat adalah tempat sampah sehingga sampah bisa dibuang di mana-mana. Tapi semoga ungkapan itu tidak sepenuhnya benar.

Tapi, kembali pada kebiasaan, membaca, dan kebiasaan membaca tadi, semua kembali kepada hati dan akal masing-masing orang. Karena bisa dipastikan setiap orang yang bisa membaca mempunyai mata untuk melihat dan membaca, tapi mungkin tidak bisa menghayati dan melaksanakan apa yang mereka baca. Dan akhirnya yang muncul bukan lagi malas membaca, tapi malas bertindak.

Selasa, 03 Januari 2012

Indahnya Takdir Allah

Siang hari, jam 11.45. Perjalanan antar bank harus ditunda sesaat. Aku harus segera pergi ke Masjid buat sholat Jum’at. Tadinya berencana sholat di masjid dekat rumah Bapak Andi, mantan direktur RS, sekalian ngantar undangan halal bi halal. Tapi melihat waktu, tidak akan cukup perjalanan ke sana. Lagian belum tentu juga Pak Andi ada di rumah, karena beliau sering berada di tempat-tempat usaha beliau. Biasanya kalo mau ketemuan harus SMS dulu, itupun belum tentu juga bisa langsung ketemu. Ya sudahlah, keluar dari bank ini, ada masjid nyaman dekat sini. Sambil naik motor menuju perempatan, aku baru teringat dengan isi tasku ini, masih ada uang beberapa juta yang akan disetorkan ke bank, sedangkan keamanan saat ditinggal sholat harus diperhatikan. Bukan paranoid atau berprasangka, tapi berikhtiyar juga sangat perlu.

Sebelum nyampe perempatan aku teringat sebuah masjid yang lebih dekat di sekitar sini, lebih aman karena ada loker penyimpanan yang bisa dikunci dan kuncinya dibawa sendiri. Di jalan agak bingung mau menentukan ke mana, akhirnya aku mendekatkan motor ke arah kiri, mau belok ke masjid yang pertama. Tapi tiba-tiba aku berubah pikiran, motor yang hampir mepet ke kiri aku arahkan ke kanan, arah masjid yang kedua. Dan akhirnya aku sholat di masjid kedua itu.

Lalu mana letak keindahannya? Uang dan barang-barangku aman, alhamdulillah. Namun, bagian yang paling indah adalah aku ketemu Pak Andi yang juga sholat di masjid itu. Haqqon alhamdulillahi robbil ‘alamin, di pertemuan tak terduga ini, sekalian aku sampaikan undangan tadi.

Keesokan harinya, masih berhubungan dengan undangan. Ada tugas ke percetakan buat bayar hutang cetakan, sekalian diminta antar undangan ke seorang dokter. Karena belum tahu rumahnya, dan aku hanya tahu rumah mertuanya, maka rencananya aku akan ke rumah mertuanya buat dititipkan. Karena rumahnya cukup jauh tapi searah dengan percetakan, rencananya sehabis dari percetakan aku langsung mengarahkan motor ke rumah bapak tadi. Tapi ada masalah di tengah perjalanan, tiba di percetakan aku dititipin barang-barang cetakan yang agak banyak. Kalo aku bawa antar undangan, aku bisa kerepotan sendiri. Terpaksa harus balik lagi ke kantor buat ngedrop barang-barang ini.

Dan keindahannya kali ini adalah ternyata mertua dokter tadi sedang ke rumah sakit. Saat aku tiba di rumah sakit, masih sempat ketemu dengan beliau. Dan dengan gembira hati, aku segera sampaikan ke beliau undangan tadi. Alhamdulillahi robbil ‘alamin, meskipun sering mengalami kejadian-kejadian seperti itu, terkadang aku masih saja heran dan takjub dengan keadaan 'keberuntungan' seperti ini. Ke manapun arah jalan yang aku ambil di perjalanan, Allah selalu memberikan situasi yang menguntungkan untukku dan telah dipersiapkan bagiku, entah itu kebaikan atau ketidakberuntungan yang (seringnya) tidak disangka-sangka.

Senin, 02 Januari 2012

Teknisi vs Pengguna Komputer

Teknisi dan pengguna komputer adalah dua sisi yang berbeda, namun saling berkaitan. Seorang pengguna (terutama pengguna program aplikasi) cenderung menginginkan menggunakan komputer yang tanpa ada masalah dan mudah, terkadang bagaimanapun keadaannya pengguna tidak mau tahu, yang jelas dia hanya ingin apa yang dipakainya dalam keadaan terbaik sehingga memudahkan pekerjaannya. Sedangkan teknisi cenderung suka memperbaiki dan mengatur komputer dengan standarnya sendiri, tidak peduli siapapun yang menggunakan komputer tersebut (kebanyakan teknisi hanya mau mengatur di pengaturan global, bukan secara mendetail ke programnya).

Seringkali pengguna menemukan cara-cara unik dan baru yang memudahkan bagi mereka saat mengerjakan sesuatu. Cara-cara tersebut kemungkinan bisa diatur dalam suatu pengaturan, tapi terkadang pengguna tidak tahu bagaimana caranya. Sedangkan teknisi yang hanya mengurusi masalah global dari komputer tersebut tanpa mendalami programnya secara langsung, bisa jadi tidak tahu cara-cara mudah tersebut, sehingga di saat mengatur komputer dia tidak memberikan pengaturan tersebut pada komputernya. Mungkin akhirnya akan agak menyulitkan penggunanya saat ingin mengaplikasikan cara-caranya ke dalam pekerjaannya.

Salah satu contoh kecilnya adalah pengaturan Recycle Bin. Bagi pengguna, kapasitas harddisk yang besar adalah suatu keistimewaan. Namun bersamaan dengan itu, berbanding lurus dengan penggunaan kapasitas Recycle Bin yang juga cukup besar. Recycle Bin secara terdefault menggunakan 10% dari kapasitas harddisknya, jadi jika menggunakan harddisk 250 gb, maka akan ada ruang terpotong 25 gb dari keseluruhan kapasitasnya, sebuah jumlah yang masih cukup besar untuk tempat penyimpanan dokumen. Tanpa banyak tahu tentang pengaturannya, seorang pengguna akan merasa kebingungan saat tahu bahwa harddisknya tidak bisa lagi menyimpan data karena harddisk penuh, sedangkan dari keterangan komputer sendiri kapasitas harddisk yang terpakai belum maksimal. Sedangkan teknisi akan merasa bahwa tidak ada pengaturan lain yang dirasa perlu baginya, karena dia tidak menggunakan komputer tersebut secara rutin.

Kalau ada koordinasi dan kerjasama antara keduanya, pasti akan mudah. Pengguna memberikan daftar pengaturan yang ingin didapatkan dari pekerjaannya dengan sebuah program aplikasi kepada si teknisi, dan teknisi akan memudahkan pekerjaan pengguna dengan membuat pengaturan khusus untuk si pengguna. Ada kolaborasi antara pekerjaan keduanya. Lebih mudah lagi bila si teknisi juga seorang pengguna komputernya, lebih bisa mendetail lagi pengaturannya karena dia juga akan menggunakan komputer tersebut sebagai pengguna, jadi dia juga tahu bagaimana cara-cara yang memudahkan dan mempercepat pekerjaannya. Ada bagusnya bila teknisi belajar mencoba menjadi pengguna, atau pengguna belajar menjadi teknisi.

Minggu, 01 Januari 2012

Keterampilan Individu

Keterampilan seseorang bisa menjadi kebanggaan buat dirinya sendiri, asal kemudian kebanggaan itu tidak berlebihan sehingga menumbuhkan kesombongan dalam dirinya. Setiap orang mempunyai keterampilan dan kemampuan dalam bidang yang berbeda-beda sehingga setiap orang bisa mendukung yang lainnya, terutama dalam saling menutup kekurangan orang lain. Hal ini juga menjadi sebuah keunikan tersendiri dari masing-masing orang, sehingga setiap orang akan selalu saling membutuhkan satu sama lain.

Namun terkadang ada seseorang tidak percaya diri atas kemampuan yang dimilikinya. Entah dengan maksud merendah atau kurang yakin pada kemampuannya sendiri, seseorang bisa menyangkal bahwa dia memang ahli dalam bidang-bidang tertentu. Kemampuan memang seringnya bisa dilatih dan dikembangkan, bukan hanya sekedar bergantung pada minat dan bakat seseorang. Tapi juga tetap saja, bergantung juga kepada kemauan seseorang tersebut dalam melatih dan mengembangkannya. Sehingga kemampuan dan keterampilan tersebut akan mendukung setiap hal yang dijalaninya dalam hidupnya, bahkan yang lebih penting adalah mendukung dalam hal profesi di bidang yang dikuasainya berdasarkan keterampilan dan kemampuannya.

Aku sering merasa aku tidak mempunyai keterampilan yang cukup banyak. Meskipun banyak hal yang bisa dilakukan, tapi aku merasa tidak mempunyai kemampuan yang maksimal dan mumpuni. Meskipun terkadang aku terlihat seperti mampu dalam salah satu hal, tapi sebenarnya tidak seperti yang dilihat. Aku lebih bisa berkemampuan dalam hal visi, bukan dalam deskripsi, mengerjakan sesuatu berdasarkan penglihatan dan pengamatan sendiri, bukan berdasarkan cerita dan penggambaran orang lain. Maka, saat orang lain meminta bantuan atas sesuatu yang tidak bisa langsung aku lihat, aku hanya bisa bilang bahwa aku bukan ahli penerawangan yang menyelesaikan sesuatu dari jauh, tapi harus lewat tindakan langsung.

Namun demikian, aku juga punya keterampilan yang masih bisa aku banggakan. Aku sering berpikir entah menjadi apa aku bila aku tidak bekerja dalam bidang ini, dengan keterampilan ini. Seakan-akan hanya keterampilan ini yang aku punyai. Tapi sebenarnya banyak orang yang juga punya keterampilan yang sama dengan yang aku miliki saat ini, karena Allah tidak menciptakan sebuah keterampilan hanya untuk satu orang saja, tapi juga bisa diciptakan untuk banyak orang lain secara adil.

Tidak ada manusia yang sempurna, karena itu setiap manusia harus selalu bisa mencari orang lain yang bisa melengkapi ketidaksempurnaannya. Karena untuk hidup manusia tidak bisa hanya mengandalkan keterampilan yang dimilikinya sendiri untuk selamanya, tapi masih membutuhkan keterampilan orang lain untuk setidaknya membantu mengatasi keterbatasan keterampilan yang dimilikinya.

Daftar Blog Saya