Senin, 22 Desember 2014

Persepsi

Misalnya suatu ketika kita dapat luka, tempatnya di pojokan lutut a.k.a dengkul. Sebenarnya bingung juga, ini lutut pojokannya di mana ya, tapi ya biarlah, wong ini juga permisalan aja. Terus karena tempat lukanya ini strategis, mudah tersenggol apa aja, kita jadi punya pemikiran “Ini luka udah dihati-hati biar nggak kena senggol tapi kok tetep kena aja. Emang ya yang dihati-hati itu malah lebih sering kenanya…”.

Atau suatu ketika kita kena sariawan, tempatnya juga strategis, pastinya di mulut sih. Terus suatu saat sariawannya kegigit sendiri pas lagi makan. Sambil meringis, kita akan berpikir, “Kenapa ya sariawan itu malah sering tergigit sendiri?”.

Dari kedua contoh ini sebenarnya hanya persepsi kita aja kenapa kok bisa gitu. Sekarang misalnya dibalik, lutut kita nggak kenapa-kenapa, nggak ada lukanya, pernah nggak kita merhatiin berapa kali lutut kita ini tersenggol dalam sehari? Atau saat mulut kita semanis madu, tanpa ada sariawan, pernah nggak ngerasa berapa kali mulut kena gigi kita dalam waktu makan? Nggak kan? Itu karena kita nggak ngerasain sakitnya dan nggak menganggap bahwa itu adalah hal yang berbahaya.

Kalo ada luka kaya tadi, kesenggol dikit aja kan rasanya sakit gitu. Itulah yang bikin kita ngerasa semua hal yang kita jaga bener-bener pasti ada ujiannya. Yang nggak kita jaga, kaya lutut yang nggak terluka tadi, mau disenggol apa aja (asal nggak disenggol kendaraan di jalan) juga woles aja, nggak apa-apa terutama kalo kesenggolnya pelan aja nggak keras-keras. Kalo ada luka, misalnya kesenggol pelan aja kena bantal, udah bisa bikin kita nyumpahin agar bantal itu menjadi bantal untuk selamanya.

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar, mumpung gratis lo...!!!

Daftar Blog Saya