Sabtu, 13 Desember 2014

Nasib Resolusi Tahun Baru

Sebuah kegiatan yang sering digembar-gemborkan pada akhir tahun adalah: MEMBUAT RESOLUSI TAHUN DEPAN. Nggak tau ini kegiatan wajib atau bukan, tapi pasti kita sering dapat pertanyaan klise, ‘Apa resolusi kamu tahun depan?’. Dan kemudian kita mau jawab apa ya terserah kita aja. Kalo misalnya ada yang emang bikin, dia kemudian bikin sesi presentasi dan menerangkan resolusinya dari awal sampai akhir, sejak tanggal 1 Januari sampai 31 Desember dengan detail dan menyeluruh, terus di sesi terakhirnya dia bilang, ‘Ada pertanyaan?’. Kalo yang emang nggak bikin, ya woles aja, itu kan nggak harus.

Tapi gini, coba kita perhatikan terutama bagi mereka yang bikin, berapa lama resolusi tahun baru anda akan bertahan untuk dilaksanakan? Atau secara globalnya, berapa persen resolusi yang anda canangkan kemudian tercapai di akhir tahun? Dan akhirnya, seberapa banyak resolusi awal tahun anda yang bisa diingat sampai akhir tahun, atau seenggaknya tengah tahun? Dan mumpung ini akhir tahun menurut perhitungan kalender, pertanyaan bagi yang bikin resolusi tahun lalu, ada nggak yang masih inget resolusi tahun baru anda tahun ini?

Resolusi tahun baru, seringnya berupa deretan daftar apapun yang ingin kita capai atau kita ubah di tahun depan. Alih-alih bikin perubahan sekarang, orang-orang cenderung suka bikin perencanaan perubahan untuk tahun depan. Dan akhirnya entah konsisten atau nggak dengan pencanangan itu, orang-orang cenderung lupa dengan yang namanya resolusi tahun baru, bahkan di minggu kedua tahun baru. Ini kenapa?

Balik lagi kepada kecenderungan bikin perubahan untuk direncanakan tahun depan, dengan ini kita terlalu terbiasa dengan yang namanya menunda. Mau berubah aja nunggu tahun depan. Dan dalam pikiran kita, sering muncul latar belakang bahwa hari esok masih panjang buat bikin perubahan itu di masa depan. Nah, menunda ini bisa terjadi lagi pas tahunnya udah ganti, sedangkan resolusi yang tadi udah waktunya dilaksanakan. Abis itu kita tunda lagi sampai bulan depan, bulan depannya tunda lagi, tunda lagi, berulang-ulang sampai akhirnya kita ketemu akhir tahun lagi.

Ibarat sebuah unit kerja yang bikin program kerja tahun depan dengan target-target tertentu kapan untuk dilaksanakan, resolusi tahun baru itu hampir sama kaya gitu. Resolusi kaya gini bukan buat orang-orang yang suka menunda-nunda bikin perubahan atau orang-orang yang suka berkompromi dengan aturan-aturan tertentu yang mereka buat sendiri. Dan resolusi kaya gini membutuhkan sifat konsisten, konsekuen, komitmen, dan tekad untuk melaksanakan. Tanpa sifat-sifat kaya gini, percuma! Mending nggak usah bikin resolusi, bikin aja prinsip hidup seperti air yang mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah. Mau berubah kapan pun, nggak ada target, bisa! Mau nggak berubah, tunggu bulan depan, bisa! Pokoknya nggak terikat resolusi kosongan.

Sebenernya terserah sih sama masing-masing, mau bikin resolusi, mau nggak, ya nggak masalah. Nggak perlu menggembar-gemborkan juga lah mana yang bener mana yang nggak. Yang bikin ya silakan berusaha untuk melaksanakan, yang nggak ya nggak usah ribut. Toh juga nggak ada bedanya antara tahun baru sama tahun lama, kecuali bilangan tanggalnya.

Dan kalo ditanya apa resolusi tahun baruku, aku jawab ‘1024 × 768′.

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar, mumpung gratis lo...!!!

Daftar Blog Saya