Senin, 15 Desember 2014

Selamat

Ada seseorang yang punya rumah dua lantai. Rumahnya sedang terbakar, dan dia ada di lantai atas. Dia kemudian berteriak-teriak, “Tolong…!!! Selamatkan aku…!!!”. Ada seorang tetangganya yang dengar, terus bawa tangga kemudian naik ke lantai atas. Begitu dekat dengan orang tadi, sebelum ngobrol atau ngapa-ngapain, dia menjulurkan tangan kanannya untuk menjabat tangan orang tadi, kemudian dia bilang, “Selamat ya, Pak…”. Orang itu kemudian menjabat tangan tetangganya tadi lalu bilang, “Makasih ya, Pak, udah ‘diselamatkan’”.
‘Selamat’, kita mau mendefinisikan apa ya tentang kata ini? Aman-aman aja, baik-baik aja, nggak celaka, atau apapun yang berlawanan dengan hal-hal yang bercenderungan tidak aman. Itu bikin kita memikirkan hal-hal yang baik tentang kata ‘selamat’ ini. Tapi kenapa ada ucapan ‘Selamat Pagi’, ‘Selamat Hari Libur’, atau yang lainnya? Ini sebenarnya mendoakan agar kita selamat, atau paginya yang selamat?

Konsep awalnya emang itu adalah sebuah doa agar kita selamat saat waktu-waktu tertentu. Misalnya ucapan ‘Selamat makan’, ini adalah harapan agar pas makan kita terhindar dari marabahaya. Bisa aja kan pas kita makan, tiba-tiba kita terlibat bahaya, tanpa sengaja kita masuk dalam pertempuran antara kucing kita dengan anjing tetangga gitu. Dan dalam pertempuran ini kita terluka parah, dan akhirnya kita nggak jadi makan.

Atau ucapan ‘Selamat tidur’, ini harapan agar kita menjalani tidur dengan selamat. Jangan sampai kita terlibat bahaya gara-gara tidur, misalnya kita pas tidur dan mimpi, saking menghayatinya peran dalam mimpi kita, kita ngerasa itu kaya kenyataan, kita bangkit dari mimpi, terus jalan-jalan sambil tidur, dan akhirnya tanpa sengaja masuk ke dalam medan pertempuran antara kucing kita dengan anjing tetangga. Dan akhirnya dalam peperangan ini kita terluka parah, dan kita bangun dalam keadaan yang tidak ‘selamat’.

Bagaimana dengan ‘Selamat datang’? Ini ucapan pas kita datang ke suatu tempat, karena kalo nggak selamat kita nggak bakal bisa datang. Kalo ‘Selamat tinggal’? Semoga pas meninggalkan seseorang di suatu tempat dia nggak kenapa-kenapa, dan nggak terlibat dalam pertempuran antara kucing dan anjing lagi.

Ah, apapun definisi kita tentang ‘selamat’ dan ucapan ‘selamat’, semua pasti mengarah pada harapan agar diberikan keselamatan dan terjauh dari ketidakselamatan. Tapi kalo itu adalah sebuah harapan, atau katakanlah itu sebuah doa, kenapa jawabannya harus ‘Makasih ya…’? Itu mungkin karena ucapan-ucapan ini sebenarnya nggak jelas. Kalopun itu doa, doanya itu ditujukan kepada siapa. Itu mungkin ucapan buat kita agar selamat pas makan, tapi yang ngasih selamatnya siapa kan juga nggak disebutkan di situ.

Lain lagi misalkan kalo kita ucapin ‘Ya Allah, semoga Engkau memberikan keselamatan kepada saudaraku ini saat dia makan’, mungkin ini sebuah ucapan yang sebenarnya. Ini sebuah harapan dan doa yang jelas ditujukan kepada siapa untuk keselamatan siapa. Itulah kenapa kita jawabnya bukan ‘terima kasih’ lagi, tapi mengamininya. Dan lebih baiknya kalo juga balas mendoakan orang yang berdoa tadi.

Ada ucapan atau kalimat tertentu yang maksudnya sebenarnya adalah doa dan pengharapan, tapi nggak lengkap penyebutannya. Dan kalo nggak lengkap gini yang dimaksud juga nggak nyampai ke sasaran, malah kesannya nyindir-nyindir gitu. Kan lebih baiknya kalo kita bisa melengkapi ucapan tersebut, jadi kalimat tadi bisa bermakna doa dan kita dapat berkah dari doa tadi, dan moga-moga doanya juga dikabulkan.

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar, mumpung gratis lo...!!!

Daftar Blog Saya