Sabtu, 01 Oktober 2011

Tentang Ikhwan dan Akhwat

Ada salah satu hal yang menarik untuk aku cermati dan rasakan dari novel berjudul “Bidadari untuk Ikhwan” karya Fajar Agustanto. Bahwa di luar lingkaran aktivitas dakwah, para ikhwan dan akhwat jarang bergaul dengan komunitas di luar kelompok mereka, sehingga berkesan eksklusif. Padahal sebenarnya, banyak para ikhwan atau akhwat yang canggung jika berkumpul dengan selain mereka, karena orang di luar komunitas mereka cenderung mengesankan mereka itu orang aneh. Meskipun banyak juga ikhwan dan akhwat yang bergaul nyaman dengan lingkungan di luar golongan mereka.

Orang awam cenderung melihat dari ciri-ciri para ikhwan dan akhwat itu. Para ikhwan sering dikesankan dengan pemuda yang berjenggot, bercelana cingkrang di atas mata kaki, kadang tidak lepas dari baju gamisnya, berdahi menghitam, dan ciri-ciri lainnya. Para akhwat juga dicitrakan sebagai para pemudi yang memakai jilbab lebar, burqa, memakai abaya, dan ciri-ciri lain yang sudah melekat pada pikiran masyarakat pada umumnya.

Dan kata akhwat juga sudah menjadi hegomoni seorang yang berjilbab besar. Padahal, akhwat ataupun ikhwan, hanyalah kata bahasa Arab biasa yang berarti wanita atau pria. Jika kata-kata ikhwan dan akhwat itu terus bermakna aktivis dakwah, jangan-jangan malah kata-kata itulah yang membuat dakwah tidak berjalan dengan lancar. Jangan-jangan, kata itulah yang telah mempersulit dakwah. Jangan-jangan, kata itulah yang membuat dikotomi sesama umat Islam. Jangan-jangan, sudah terjadi pembedaan. Jangan-jangan, akan mudah mengakibatkan perpecahan umat. Kemudian pula ada sebutan ikhwit yang kemudian dikenal untuk menyebut seorang wanita yang memakai jilbab kecil (yang sebenarnya tidak layak juga disebut jilbab, sebut saja kerudung atau khimar).

Maka, kemudian aku ikut tersenyum saat tokoh utama dalam novel tersebut menceritakan kepada teman-temannya (saat dia dirawat di rumah sakit), bahwa rata-rata perawat yang ada di rumah sakit itu adalah akhwat, lalu kemudian dia menunjuk seorang perawat yang memakai baju putih, rok pendek dan bertopi kecil putih, yang kemudian disambut senyum teman-temannya. Padahal, yang dikatakannya adalah benar, bahwa perawat itu adalah seorang wanita, yang tentu saja juga bisa disebut akhwat.

Kiriman yang Sama

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar, mumpung gratis lo...!!!

Daftar Blog Saya