Jumat, 28 Oktober 2011

Semalam di Bangil

Udah melewati tengah malam, tiba-tiba aku terbangun dengan rasa terkejut saat terdengar teriakan keras, ‘Maling...maling...’, dari seorang ibu yang tidur tidak jauh dariku. Gak hanya aku saja ternyata yang terbangun, semua orang yang lagi istirahat di stasiun Bangil itu juga ikut bangun. Tapi sia-sia, gak ada yang bisa dilakukan buat bantu ibu tadi, karena malingnya udah lari ke arah kegelapan, yang tidak seorang pun tau lokasi itu. Ibu tadi kemudian melaporkan ke petugas stasiun di situ tentang kronologi kejadiannya.

Benar-benar dekat kursi tempatku tidur dengan kursi yang ditiduri ibu tadi, sehingga akulah orang terdekat yang berada dengan ibu tadi. Tapi karena aku tidur lelap, aku tidak merasa apapun sebelum akhir terbangun. Mungkin si maling tadi juga merasa aku gak terlihat punya barang berharga, sehingga aku dilewati begitu saja.

‘Uangnya sih gak seberapa, tapi surat-suratnya itu lo...’, ibu itu masih menjelaskan ke petugas stasiun. Dari logatnya sepertinya beliau bukan orang Jawa Timur, apalagi sepanjang dialog beliau selalu memakai bahasa Indonesia. Tidak jelas mengapa ibu tadi memilih tidur di stasiun, mungkin menunggu kereta paling pagi yang datang kali. Trus mungkin karena capek dan lelah, kemudian ibu itu tertidur dan lengah dengan barang bawaannya sehingga maling dengan mudah mengambil dan langsung lari.

Aku melihat sekitar tempatku tidur. Celingukan mencari dua orang temanku, yang ternyata dapat tempat tidur di kursi dekatku juga. Kemudian melihat ke arah maling tadi lari. Memang terlihat gelap, siapapun yang bukan orang asli situ dan mencari ke arah situ pasti kesulitan. Apalagi tidak jauh dari situ ada perkampungan juga. Soal ciri-cirinya, tak banyak juga yang tau, yang sempat terlihat olehku seorang laki-laki. Sang ibu tadi masih meratap sendiri, sambil mengulang-ulang perkataan tentang barang-barangnya tadi.

Aku kemudian melanjutkan tidurku, udah terlalu lelah seharian ini berkelana di sekitar Bangil dan Pasuruan. Paginya aku masih ada urusan bersama kedua temanku, jadi harus menghemat tenaga dan stamina. Sayup-sayup masih terdengar ibu tadi kok malah memuji malingnya, ‘Cepat sekali ya malingnya tadi...’.

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar, mumpung gratis lo...!!!

Daftar Blog Saya