Sabtu, 14 Desember 2013

Memutus Ketidakdisiplinan

Mungkin kita sering banget berpikir dan seringkali bilang kalo orang Indonesia itu sulit diatur, tidak tertib, seenaknya sendiri, kurang disiplin, dll. (padahal kita sendiri juga orang Indonesia). Sebenernya kalo dicermati dan diteliti lebih dalam lagi, sifat-sifat buruk tadi tidak begitu saja terjadi dan muncul dari orang-orang negeri kita tercinta ini.

Tentu saja logikanya tidak ada asap kalo tidak ada api, atau asap muncul setelah api muncul, atau apalah. Sifat-sifat seperti ini bukan diturunkan melalui aliran darah orangtua kepada anaknya, atau dari generasi ke generasi secara genetis. Memang diwariskan dari generasi ke generasi, tapi tidak melalui genetika, melainkan melalui perilaku. Contoh sederhananya begini, apapun yang menjadi kebiasaan orangtua di rumah pasti akan diperhatikan oleh anaknya. Karena anaknya tidak memandang kebiasaan itu sebagai baik-buruk, melainkan boleh-tidak, maka apapun yang dilakukan orangtua dianggap boleh bagi anaknya, termasuk kebiasaan buruknya.

Berkali-kali ngalamin yang namanya ngeliat orangtua mencontohkan hal-hal buruk kepada anaknya di kehidupan nyata. Mungkin orangtua nggak nyadar tentang perbuatannya, wong udah biasa, lagian orangtua mereka dulunya juga gitu, tapi coba liat dari segi perspektif anak. Misalnya buang sampah. Saat berkendara, orangtua ngemil sesuatu, atau minum air kemasan. Kemudian bungkus bekasnya dilempar begitu saja di jalan (kalo naik motor), atau buka kaca, buang, tutup kaca, pasang wajah tanpa dosa (kalo naik mobil). Kalo bersama anaknya, pasti anaknya mikir ‘Oh, gitu ya cara buang sampah di jalan’, dan plagiatlah si anak.

Beda lagi kemudian anak udah diberi pendidikan tentang beda antara boleh-tidak dan baik-buruk. Bisa saja kemudian anak ngasih tau, minimal ngingetin orangtuanya. Kalo orangtuanya nggak malu sih, lanjut aja. Tapi dengan sikap nggak malu itu pula yang menumbuhkan sugesti lain bagi sang anak yang pendidikannya udah baik tadi.

Itu hanya contoh, tapi kenyataannya lebih banyak lagi. Kebiasaan buruk itu akan terus berlanjut ke generasi selanjutnya, kemudian ke generasi selanjutnya, kemudian ke generasi selanjutnya lagi, sampai bangsa ini habis generasinya. Kita yang sebagai generasi masa kinilah yang seharusnya memutus lingkaran warisan buruk ini.

Bangsa Indonesia yang tidak tertib, alangkah baiknya tidak terjadi dalam bangsa Indonesia yang ada dalam generasi di bawah kita. Kita mungkin bisa memulai dari diri sendiri, kemudian keluarga, kemudian anak-anak (yang udah punya anak), agar kebiasaan buruk ini tidak menular ke generasi penerus keluarga kita, utamanya agar generasi penerus kita tidak menjadi salah satu dari bangsa Indonesia yang tidak tertib dan sembarangan tadi. Jadi, meskipun masih banyak orang Indonesia dari keluarga lain yang nggak tertib atau berperilaku seenaknya sendiri, setidaknya bani kita terhindar dari kebiasaan buruk.

Biasanya orang-orang yang tidak tertib dan melanggar aturan ini akan menggunakan segala macam alasan untuk membenarkan kelakuannya yang tidak taat tadi. Mungkin kita juga pernah seperti itu. Sekedar sebagai pengingat saja, Bani Israil mengajukan berbagai alasan yang digunakan untuk membenarkan tingkah laku mereka yang sangat sesat dan tidak menghargai bangsa lain, bahkan nabi-nabi mereka sendiri. Apakah kita juga mau kalo disamakan dengan Bani Israil ini?

Jadi saat mau melancarkan berbagai macam alasan pembenaran dan langkah-langkah pembelaan diri, ingatkan diri kita sendiri bahwa kita bukan Bani Israil. Kita adalah orang Indonesia yang tertib dan taat, yang menjaga keluarga dan generasi kita dari ketidaktertiban, yang menghindarkan diri dari kegagalan menjadi orang yang terbaik di dalam kehidupan bermasyarakat. Nggak peduli di rumah, di jalan, di kantor, atau di sekolah, perilaku tertib harus tetap terjaga. Bukannya malah mencari negara lain yang orangnya tertib-tertib, tapi ubah sifat dan perilaku kita sendiri, agar pandangan dan anggapan terhadap orang Indonesia yang tidak tertib, sulit diatur, seenaknya sendiri, kurang disiplin, akan hilang secara berangsur-angsur, karena kita telah melatih generasi selanjutnya untuk keluar dari stereotip itu.

Tentu saran ini bagi yang mau generasi keluarganya menjadi orang-orang yang tertib, bagi yang nggak mau dan pengen meneruskan gaya hidup tidak disiplin dipersilakan saja, toh akibatnya juga bagi mereka sendiri nantinya. Disiplin itu berawal dari diri kita sendiri, nggak bisa nunggu orang lain dulu baru ngikut.

2 komentar:

  1. Betul ... se7 ... diantara kebiasaan buruk yang paling menyakitkan hati adal;ah kebiasaan menunda-nunda dan jam karet. ckck. masihkah kita mau menjadi penyambung ke generasi ke depan?

    BalasHapus
  2. Nah itu dia, jam karet itu awal dari ketidakdisiplinan dalam bidang waktu

    BalasHapus

Silakan berkomentar, mumpung gratis lo...!!!

Daftar Blog Saya