Jumat, 27 Desember 2013

Cap Plastik

Pagi ini, membuka sebuah kemasan plastik yang berisikan surat, yang dikirim melalui perusahaan ekspedisi terkemuka di Indonesia. Plastik yang kemudian aku sobek begitu saja, demi mendapatkan isi kemasannya. Padahal, kalo diperhatikan, perusahaan ini mau menyisihkan anggaran pengeluaran operasionalnya untuk membeli plastik dan menyablonnya sebagai identitas, untuk kemudian disobek dan dibuang oleh penerimanya. Kenapa sih harus, perusahaan ini melakukan seperti itu?

Suatu ketika, setelah berbelanja di sebuah minimarket, aku mendapati barang-barang belanjaan dibungkus dengan kresek, yang di luarnya tertera nama dan identitas lain minimarket tersebut. Padahal, saat kemudian tiba di rumah, kresek tersebut entah mau aku pakai lagi atau aku buang begitu saja. Lantas kenapa juga minimarket tersebut mau repot-repot menyediakan kresek, disablonkan pula?

Tentu saja fungsi utama dari plastik dan kresek itu tadi adalah untuk membungkus barang-barang kita, sebagai pengaman dari panas dan hujan, sebagai tanda bahwa perusahaan ini atau minimarket itu adalah sebuah tempat dan instansi yang bisa diandalkan. Seringnya nggak hanya plastik saja, bisa jadi kardus, karton, atau kemasan lainnya. Tapi setimpalkah bila kemudian pembungkus tadi kemudian dibuang begitu saja?

Brand image, adalah salah satu tujuannya. Kita jadi tau bahwa sebuah perusahaan ekspedisi ini mau mencetak plastik pembungkus yang kemudian hanya untuk dibuang, untuk memberikan kesan bahwa untuk bungkus saja mereka nggak asal-asalan. Kalo mau, bisa saja mereka memakai plastik polos asal-asalan aja untuk bungkusnya. Tapi dengan sedikit tambahan cetakan tadi, para pengguna dan penerimanya bisa mendapat kesan ‘Oh, perusahaan anu, pembungkusnya nggak asal, bagus dan ada cap merknya’.

Aku sendiri pernah membeli sesuatu di sebuah minimarket, yang kemudian untuk bungkus barang yang telah aku beli minimarket tersebut memakai plastik kresek polos. Kalo dilihat sepintas aja, jadi terlintas pikiran bahwa minimarket seperti ini bagusnya, tapi masak bungkusnya polosan aja sih. Salah satu fungsi cetakan itu juga bisa jadi meningkatkan gengsi perusahaannya.

Apalagi banyak kalangan masyarakat kita yang masih gengsi-gengsian dalam berbagai hal. Belanja misalnya, ada kelas-kelas tertentu dari masing-masing tempat. Kalo udah belanja di tempat yang sangat berkelas, dengan pulang menenteng kresek bertuliskan tempat belanja tadi, bisa terkesan orangnya jadi ikut berkelas. Padahal itu cuma kresek lo, yang ditulisi identitas tempatnya, begitu aja udah bisa menaikkan pamor nggak hanya tempatnya, tapi juga konsumennya.

Brand image, mungkin itu juga yang membuat sebuah perusahaan kacang kulit menjadi sponsor salah satu klub sepakbola terbesar di dunia, Real Madrid. Padahal kalo dipikir, wong perusahaan kacang kulit aja lo, di Indonesia ini banyak. Tapi dengan menjadi sponsor klub yang namanya udah tersohor dan mendunia, itu adalah sebuah nilai plus tersendiri bagi penjualan dan pemasaran produknya, mengesampingkan bahwa produk yang serupa banyak diproduksi di negara ini.

Kembali ke masalah ‘akhirnya jadi apa pembungkus tadi’, aku jarang membuang kresek dari apapun dan manapun terutama yang masih bagus. Kalau suatu saat memerlukan bungkus, ‘koleksi’ kresek tadi bisa bermanfaat. Tapi dari hasil pengumpulan tadi setelah terkumpul, ternyata banyak dari kresek bekas tadi yang belum atau tidak digunakan. Dan akhirnya ke mana arahnya, beberapa kembali lagi berakhir di tempat sampah, belum sempat digunakan ulang.

Kemasan plastik bungkus surat tadi, masih teronggok di tempat sampah di ruangan kantorku ini. Sebuah barang yang telah melewati proses panjang setelah sempat sangat berguna dalam kehidupan keseharian manusia, dan kemudian berakhir di sini. Bisa jadi kita manusia juga seperti itu, kehidupan selama di dunia, mungkin berguna bagi kehidupan kita sendiri maupun orang-orang di sekitar kita, yang suatu saat berakhir di sebuah lubang seukurannya sendiri. Begitulah kehidupan dunia yang sedang kita jalani ini.

2 komentar:

  1. iya,saya juga sering kali mikir.. bungkus bagus2 akhirnya masuk tempat sampah juga. padahal ada anggarannya untuk bikin sebuah brand image. hmmm... yah begitulsh kehidupan..hehehe

    BalasHapus
  2. hehehe, padahal bungkus ini ngerancangnya juga nggak sederhana lo :)

    BalasHapus

Silakan berkomentar, mumpung gratis lo...!!!

Daftar Blog Saya