Senin, 26 Desember 2011

Berkebalikan

Hanya beberapa saat setelah wasit meniup peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan, secara spontan para pemain Turki menggandeng dan merangkul para pemain Korea Selatan yang terkulai lemas setelah dikalahkan dengan skor 2 – 3. Kemudian dengan bersama-sama mereka saling berangkulan dan bergandengan memberi hormat kepada para penonton yang memenuhi stadion (yang mayoritas pendukung Korea Selatan). Para pemain Korea Selatan tidak sempat lagi berlarut-larut dalam kesedihan, dalam semangat sportivitas bersama-sama dengan para pemain Turki larut dalam kebanggaan dan kegembiraan, berbaur dengan perasaan para penonton yang meskipun tim mereka kalah, mereka tetap bangga atas perjuangan para pemain Korea Selatan ini. Turki mungkin yang menjadi pemenang dalam ‘final kecil’ ini, menjadi peringkat ketiga dalam Piala Dunia 2002, tapi bagaimanapun juga Korea Selatan juga dalam semangat yang sama, prestasi yang sama, hanya hasil akhir yang berbeda.

Dibayangi dengan kondisi politik dan perbedaan ideologi yang kental, tim nasional Iran dan Amerika Serikat bertemu dalam babak penyisihan Piala Dunia 1998. Jauh sebelum pertandingan, dan dimulai beberapa saat undian grup Piala Dunia, seluruh masyarakat penggemar bola menanti-nanti bagaimana laga ini akan berjalan. Beberapa saat sebelum laga dimulai, biasanya kedua tim akan berfoto masing-masing. Tapi dalam laga ini, kedua tim berfoto bersama, berbaur jadi satu, saling bertukar buket bunga, dan dalam semangat suasana persahabatan. Hasil akhirnya, Iran mengalahkan Amerika Serikat, 2 – 1.

Setelah runtuhnya Uni Soviet, dua per tiga wilayah Moldova ingin masuk Rumania, tetangganya di sebelah barat. Sementara wilayah bagian Timur, sungai Dniestr, ingin dekat Ukraina dan Rusia. Perang pun meledak, timur retak dan membentuk Transdniestria, yang sampai sekarang tidak dikenal dunia. Lalu, Moldova dan Transdniestria terlibat perang. Perang ini disebut perang paling aneh di dunia. Militer lokal menyebutnya sebagai Perang Mabuk. Bayangkan saja, bagaimana tidak disebut Perang Mabuk, para perwira dua negara itu pagi sampai sore mereka berperang mati-matian, saling menembak dan membunuh satu dan lainnya, namun malamnya mereka bertemu, bersenang-senang mabuk bersama. Maklum saja, mereka sebelumnya sudah saling mengenal, hanya karena akhirnya negara berbeda karena kejatuhan Uni Soviet, membuat mereka bermusuhan. Demi negara yang mereka bela, mereka bermusuhan, tapi pertemanan tetap berjalan pada malam hari.

Saat Perang Dunia I berlangsung beberapa bulan dan Natal 1914 segera mendekat, Skotlandia, Perancis dan Jerman yang berbeda kubu ini menyepakati untuk melakukan gencatan senjata dan merayakan Natal. Memang aneh untuk membayangkan sekelompok tentara Skotlandia, Perancis dan Jerman di garis depan Perang Dunia I dapat terlihat rukun dan harmonis, hal yang mustahil di era tersebut. Tapi begitulah yang tampak pada malam Natal tahun 1914. Di tengah-tengah pertempuran yang membara, para perwira dan prajurit dari ketiga negara yang tadinya saling membunuh itu kini sama-sama meletakkan senjata sejenak untuk berbagi anggur dan makanan, bernyanyi bersama, bersenda gurau, saling bertukar foto atau bermain sepakbola di atas salju.

Ada banyak faktor yang membuat kita saling berhadapan sebagai musuh, tapi ada banyak faktor pula yang membuat kita saling berdampingan sebagai sahabat.

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar, mumpung gratis lo...!!!

Daftar Blog Saya