Selasa, 07 Januari 2014

Subyektif

Masing-masing dari kita mempunyai pemahaman dan pemikiran yang berbeda-beda. Bisa jadi dalam melihat sebuah hal yang sama, kita punya penjelasan yang berbeda satu sama lain, sehingga bisa terjadi perbedaan pendapat dalam menyikapi hal tersebut. Hal inilah yang membuat subyektifitas adalah sesuatu yang bersifat individu dan pribadi, karena lebih mengarah kepada pengertian dari masing-masing orang itu sendiri.

Saat seseorang menganut suatu paham dan pengertian tertentu, dia pasti menganggap bahwa apa yang dia pahami tersebut adalah benar, tidak peduli bagaimana orang lain menganggap itu salah. Demikian juga saat beranggapan bahwa seseorang patut dijadikan sebagai idola dan apapun yang dilakukan dianggap benar. Padahal subyektifitas seperti itu bisa jadi sebuah kefanatikan yang bila terlalu besar kadarnya bisa menyebabkan tertutupnya pikiran seseorang terhadap pemikiran lain yang berbeda dari apa yang dipahaminya.

Subyektifitas bisa menutup pemahaman sesuatu secara obyektif, dalam hal ini adalah memahami dan menyadari benar atau salahnya sebuah hal. Jika subyektifitas tadi sudah mengarah kepada kefanatikan dan menganggap bahwa apapun yang terjadi dalam sebuah hal adalah benar, maka kelemahan dari hal tersebut tidak bisa terlihat lagi dan faktor obyektifitas dari sebuah hal tersebut tidak diperhatikan lagi. Apapun hal yang berlawanan dengan pemahaman bisa jadi mentah karena ada sebuah faktor anti-kritik atau anti-salah dari hal tersebut, disebabkan fanatisme buta.

Tentu saja, subyektifitas yang berhubungan dengan individualisme menjadi sebuah faktor relatifitas, di mana yang dipandang baik oleh seseorang, bisa jadi tidak begitu baik bila dipandang oleh orang lain, atau bisa juga sama baiknya, tergantung dari apa, siapa, dan bagaimana pandangan dari masing-masing individu tersebut.

Meskipun ada berbagai kelemahan dari subyektifitas tersebut, tentu saja juga ada kelebihan dari faktor subyektifitas ini. Misalnya, karena pendapat berbagai pribadi bisa berbeda, maka hal tersebut bisa memperkaya pandangan dari sebuah hal, dan juga bisa menjadi saran dan masukan atas apa yang perlu dilakukan dalam menyikapi hal tersebut. Hal ini membuat hal tersebut memiliki berbagai alternatif pilihan sebagai produk pemikiran dari berbagai pandangan individual. Tentu saja, dalam menerima berbagai pemikiran dan pemahaman tersebut harus dihilangkan hal-hal yang bersifat fanatisme dan menerima subyektifitas yang lebih mengarah pada pemikiran obyektif.

5 komentar:

  1. Perbedaan itu seperti ragam perilaku dari intisari daya kerja otak, positif dan negatifnya akan selalu ada, hanya saja reaksi setiap individu tak pernah sama. Tulisan yang bagus..saya suka...

    BalasHapus
  2. Subyektif vs obyektif siapa yang jadi pemenangnya ya? hehe

    BalasHapus
  3. Agyasaziya Raziev: wah, komen ini bisa melengkapi tulisannya :)
    Titis Ayuningsih: ayo coba kita pertemukan biar tau siapa yang menang :D

    BalasHapus
  4. duh,,saya ini masih tipe orang yg subyektif. . :D

    BalasHapus
  5. hehehe, sebenarnya manusiawi sih, kebanyakan manusia juga gitu kok :)

    BalasHapus

Silakan berkomentar, mumpung gratis lo...!!!

Daftar Blog Saya