Jumat, 10 Januari 2014

Cita-Cita

Waktu kecil kalo ditanya cita-cita sejak kecil, layaknya kebanyakan anak kecil, lambat laun hari demi hari aku menjawab berubah-ubah. Mulai dari dokter, insinyur, direktur, dan beberapa profesi lain. Begitu remaja, aku pengen banget jadi orang-orang yang berprofesi sederhana, semacam loper koran, penjual poster, atau kerja kantoran. Sejak selepas SMP, ada cita-cita tambahan, yaitu kerja di pabrik, karena sekolahku waktu itu jurusan teknik mesin produksi. Dan ternyata habis lulus sekolah aku jadi kerja di pabrik, dan sekarang kerja di kantoran.

Tentu saja anak-anak kecil kalo ditanya masalah cita-cita, mereka belum ngerti benar apa dan bagaimana itu. Mereka mempunyai keinginan menjadi seperti apa yang mereka lihat keren dan menarik. Habis lihat polisi, mereka pengen jadi polisi yang gagah. Habis lihat tentara, mereka pengen jadi tentara yang ksatria. Habis lihat dokter, mereka pengen jadi dokter yang berwibawa, bahkan kalo habis lihat pengantin, mereka pengen jadi pengantin yang berbahagia. Jadi cita-cita anak kecil lebih berhubungan dengan profesi yang ingin mereka jalani di masa besarnya nanti.

Setelah agak besar, anak-anak kecil tadi lebih realistis. Bisa jadi karena kondisi lingkungan dan keluarga, atau keinginan pribadi, cita-cita mereka lebih mengarah ke minat dan bakat mereka yang sebenarnya. Mereka jadi menyempitkan proyeksi dan lebih fokus mengarahkan segala yang dilakukannya ke arah cita-citanya. Bisa dengan sekolah yang berhubungan dengan cita-citanya, mempelajari segala macam ilmu tentang cita-citanya, dan lain sebagainya. Sehingga kalo ditanya lagi, mereka lebih mantap memberi jawaban tentang cita-citanya.

Agak dewasa lagi, biasanya orang-orang kalo ditanya cita-cita, mereka lebih suka menjawab dengan jawaban yang diplomatis. Kalo sebelumnya soal profesi, kali ini jawaban yang banyak muncul adalah jawaban yang lebih global, misalnya ingin menjadi orang yang berguna bagi bangsa, negara, masyarakat, keluarga, dan agama. Cita-cita ini lebih berarti luas dan merupakan langkah ‘aman’ bagi mereka untuk apapun profesi yang mereka dapatkan. Atau kalo nggak mendapat jawaban, mereka suka menjawab dengan jawaban ‘cita-cita masuk surga’. Cita-cita yang mulia, tapi perlu dipertanyakan jika melihat bagaimana usaha mereka meraihnya dari kehidupan dunia ini.

Namanya juga cita-cita, kalo nggak kesampaian ya nggak apa-apa. Yang penting kita punya tujuan yang jelas, sehingga ada semacam rencana dan strategi untuk meraihnya. Hidup jadi nggak asal hidup, asal apapun dan asal jadi apapun bisa. Okelah itu bagus, hidup nggak tergantung dari sesuatu dan tidak terdikte dengan macam apapun, tapi tentu saja hidup harus tetap punya arah. Jadi apa yang dilakukan selalu berarti dan tidak membuat penyesalan di hari depannya.

1 komentar:

Silakan berkomentar, mumpung gratis lo...!!!

Daftar Blog Saya