Senin, 20 Januari 2014

Kota Kecil

Setiap orang pasti membangga-banggakan daerah asal masing-masing. Dan pembanggaan sedikit banyak mengarah pada perilaku primordialis dengan masing-masing kadarnya yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Sama sih denganku, yang lahir, besar, dan tinggal di kotaku ini, Kediri. Bagaimanapun Kediri merupakan daerah kebanggaan.

Sebenarnya juga sih aku nggak tinggal di daerah kotanya, tapi di kabupatennya. Tapi tetap aja kan namanya Kediri. Soal apa dan bagaimana kotaku ini udah sering juga aku ceritakan dalam beberapa tulisanku sebelumnya. Kediri, yang merupakan kota kecil yang berada di tengah Propinsi Jawa Timur, kini semakin terasa ke’kecilan’nya. Bagaimana nggak, sekarang yang namanya macet menjadi menu keseharian di jalanan. Tingkat kehidupan ekonomi yang semakin meningkat, makin banyaknya kendaraan yang dimiliki warganya, ditambah lagi Kediri sebagai jalur lalu lintas yang dilalui jalan propinsi, menjadikan volume kendaraan yang melintas di jalan semakin padat, sementara itu jalan yang ada tetap segitu-gitu aja.

Hal lain yang menjadikan ke’kecilan’ kota ini semakin terasa adalah makin banyak tumbuhnya pusat-pusat perbelanjaan berupa mal, supermarket, diiringi dengan pusat hiburan yang ‘menempel’ di dalamnya. Karena itulah tingkat konsumsi warganya meningkat sehingga gaya hidup konsumtif seakan makin dimanjakan. Dengan banyaknya kegiatan ekonomi tingkat menengah ke atas ini, maka garis batas standar konsumsi semakin meningkat, namun juga secara otomatis menarik standar ekonomi menjadi semakin naik.

Sebenarnya kalo diamati lagi hal seperti ini terjadi secara global di seluruh daerah ya. Bisa kita amati dari besaran Upah Minimum Regional dari tahun ke tahun yang semakin meningkat. Secara sempit kita lihat Upah Minimum Regional Kota Kediri tahun 2013, sebesar Rp1.104.600, sedangkan Kabupaten Kediri sebesar Rp1.089.950. Dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar Rp1.037.500 di Kota Kediri dan Rp999.000 di Kabupaten Kediri. Padahal di tahun 2011 masing-masing sebesar Rp975.000 dan Rp935.500.

Secara rata-rata dalam tiga tahun terakhir kenaikan UMR di Kota Kediri sebesar 6%, sedangkan di Kabupaten Kediri sebesar 8%. Nggak perlu dibahas secara mendalam soal ini, soalnya ini juga bukan bidangku, tapi setidaknya dari angka kenaikan ini bisa kita lihat sebagai salah satu faktor penilaian peningkatan dan pertumbuhan ekonomi di Kediri secara umumnya, dengan mengesampingkan bahwa hal ini bisa menjadi sebab-akibat kenaikan harga-harga kebutuhan.

Kembali pada bagaimana kotaku sekarang ini, sebenarnya dengan semakin ramainya kota bisa semakin membuat nama Kediri menjadi salah satu kota yang disebut-sebut oleh banyak orang yang di luar sana. Akan banyak orang yang sebelumnya belum tahu bahwa sebenarnya ada sebuah kota yang bernama Kediri, dengan sejarah yang panjang dan sekarang menjadi seperti ini. Sebuah keuntungan promosi tersendiri yang di masa depan bisa menjadikan Kediri ini ‘semakin sempit’ karena banyaknya pendatang. Kediri bisa menjadi kota yang tidak lagi ‘mengekspor’ tenaga kerja ke luar kota, tapi menjadi pusat kegiatan ketenagakerjaan bukan hanya dari daerah sekitar, bukan hanya dari daerah sepropinsi, sepulau, tapi juga senegara, dan lebih luas lagi. Bukan hanya itu, tetapi bisa menjadi pusat kegiatan di segala bidang secara luas, dengan tingkat kemakmuran penduduknya juga semakin meningkat.

Ini sebenarnya hanyalah harapanku, yang sepertinya sih sekarang belum terwujud. Tapi kalo suatu saat hal itu terjadi, maka siap-siap saja merasakan ke’sempit’an kota kecilku ini. Ya siapa tau areanya bisa diperlebar lagi, biar nggak lagi berstatus kota kecil dan mengurangi ke’kecil’annya itu.

2 komentar:

Silakan berkomentar, mumpung gratis lo...!!!

Daftar Blog Saya