Jumat, 23 Januari 2015

Kotoran Hewan

Di daerah lingkungan sekitar rumah dan jalan-jalan yang sering aku lewati itu masih sering ada lewat cikar atau pedati yang ditarik dengan sapi. Ada juga kadang-kadang dokar atau bendi yang ditarik dengan kuda. Nah karena lewat jalan umum dan karena yang menarik kendaraan ini adalah hewan, maka udah pasti setiap saat bisa aja si penarik ini buang-buang air, entah itu ukuran kecil, sedang, atau besar. Kalo udah gitu kan nggak ada yang nyempatin waktu buat beresin kotorannya di jalan, jadinya kita mungkin akan berpikir bahwa kotoran itu akan hilang dengan sendirinya seiring dengan berjalannya waktu.

Tapi kita juga pasti tau bahwa sebenarnya kotoran-kotoran itu nggak hilang dengan sendirinya. Pasti ada seseorang atau sesuatu yang membawa pergi kotoran itu. Terutama kalo di jalan raya, kita akan lebih sering melihat bahwa di situ kotoran lebih cepat hilangnya daripada di jalanan kecil. Ya pastinya setelah keluar dari perut hewan si penarik itu, kotoran-kotoran ini akan terlindas oleh roda kendaraan di belakangnya, dan terus menerus. Dan tingkat intensitas kendaraan yang melewati sebuah jalan yang ada kotorannya berbanding lurus dengan kecepatan kotoran tersebut hilang.

Nggak enaknya adalah kalo ternyata kita yang ada di belakang cikar atau dokar itu tadi. Atau sama nggak enaknya dengan kalo kita adalah orang kedua di belakang cikar atau dokar itu. Gimana nggak enaknya adalah karena, pertama, kita adalah orang yang tepat di belakangnya. Begitu melihat ada kotoran yang masih utuh, kita akan kelabakan menghindarinya. Kan nggak ada yang mungkin kita lagi iseng pengen nabrak itu biar greget.

Yang kedua adalah misalkan kita adalah orang kedua di belakangnya, dan tepat di depan kita, kendaran pertama yang menghadapi kotoran tersebut, adalah kendaraan besar semacam mobil atau truk, dan mereka nggak menghindarinya. Itu udah pasti kita nggak hanya akan mendapati bekas kotoran yang terinjak roda, tapi bisa-bisa ada benda-benda melayang yang mengikuti putaran rodanya.

Beberapa waktu lalu juga gitu, di kamar tidurku itu tercium bau nggak enak gitu. Setelah aku periksa ternyata ada semut yang bersarang di pojokan. Aku jadi langsung menyimpulkan bahwa bau nggak enak itu berasal dari tempat kotorannya si semut itu. Mungkin ada yang bingung gimana cara nemuin tempat semut buang air, itu sebenarnya mudah aja. Biasanya kan ada lalat yang mengerubungi kotoran, jadi kalo di sarang semut itu ada suatu tempat yang dikerubungi lalat itulah tempat semut buang-buang air. Yang nggak mudah adalah memahami gimana lalat masuk ke sarang semut.

Tapi gimanapun ada juga kegunaan dari kotoran hewan itu. Ada yang menjadikannya sebagai pupuk organik, ada juga yang menjadikannya sebagai sumber daya energi yang bisa digunakan menjadi gas alam dan dipakai buat masak. Sayangnya di daerah rumahku udah jarang yang miara sapi, lagian juga nggak ada yang mendayagunakan sebagai sumber energi. Padahal sumber daya semacam ini berpotensi menjadi sumber energi yang berkesinambungan karena akan selalu ada setiap saat sampai si sapi mati, kecuali kalo suatu ketika sapinya lagi sembelit.

Dan terakhir, aku sadar kalo materi tulisan kali ini agak menjijikkan ya, karena ngebahas kotoran hewan. Kalo anda membaca sampai habis tulisan ini pasti udah ngerti konsekuensinya dari judul tulisan ini. Ah sudahlah, daripada memperpanjang pembahasan kotoran kita ngebahas hal lain yang lebih menyenangkan dan menarik.

3 komentar:

  1. hahaha, materi tulisannya bikin saya ngebayangin sesuatu -__-

    BalasHapus
    Balasan
    1. ngomong2, followback blog dong :)

      Hapus
    2. hahaha, jangan keterusan ya...
      follbacknya, langsung ke TKP

      Hapus

Silakan berkomentar, mumpung gratis lo...!!!

Daftar Blog Saya