Senin, 03 November 2014

Sawang Sinawang

Roda belakang motor nggak akan bisa mengejar dan menyalip roda depannya. Kalopun dia bisa, dia bukan lagi disebut roda belakang, tapi menjadi roda depan. Tapi roda belakang itu nggak kalah kerennya kalo dibanding roda depan. Roda depan emang udah takdirnya eksis, letaknya di depan. Tapi rantai motor itu nggak dipasangkan untuk roda depan, tapi roda belakang. Sehingga kalo mesin motor nyala dan berputar, maka yang berputar dan punya tenaga itu roda belakang, roda depan hanya mengikuti aja.

Tapi roda depan itu juga penting, selain menampakkan keeksisannya. Dengan menggunakan roda depan kita berbelok-belok sesuai dengan kondisi jalanan. Dia nggak punya tenaga dari motor, tapi dia mengendalikan arah sehingga roda belakang ngikut dia. Yang lebih penting lagi adalah, untung roda itu bentuknya bulat, kalo kotak bisa bahaya soalnya jalannya jadi nggak lancar.

Sebenarnya itu adalah analogi dari bahwa setiap bagian yang ada dari motor itu punya peran dan fungsi masing-masing. Kalo nggak ada fungsinya, ngapain dipasang di situ. Misalnya biar keren motor dikasih rice cooker gitu, tapi masak mau bikin nasi aja harus punya motor. Kalo dalam kehidupan manusia, masing-masing manusia itu punya peran dan fungsi masing-masing. Dan terutama adalah masing-masing manusia punya pekerjaan masing-masing. Kalo aku bilang nggak ada pekerjaan di dunia ini yang mudah. Semua pekerjaan punya kesulitan dan resiko masing-masing. Nggak bisa supir bilang kalo jadi kernet itu lebih gampang daripada dia. Atau ada pedagang yang bilang kalo jadi preman itu lebih gampang. Jadi preman itu juga nggak gampang lo, harus punya gen dasar sebagai preman. Gen dasarnya preman itu kan kasar, garang, berani, tangguh, dan nggak berbelas kasihan. Jadi orang yang bergen dasar lemah lembut kan nggak pantas jadi preman ya.

Balik lagi ke pekerjaan tadi ya, terkait dengan peran dan fungsi masing-masing tadi, ada pengalamanku waktu kerja di pabrik. Dulu aku pernah kerja di pabrik gula. Tugasku adalah mengirimkan zak dari gudang ke pengemasan. Dari sini mungkin kesannya gampang banget kerjaku ya. Tiap harinya rata-rata kebutuhan zak di pengemasan sekitar sepuluh ribu sampai dua puluh ribuan, kalo produksinya lancar. Dalam sekali angkutan, tergantung dengan kebutuhan permintaan, bisa mengangkut sekitar lima ribu sampai delapan ribuan.

Bentuk zak yang aku kirimkan itu lembaran yang dilipat jadi empat, kemudian dibendel dengan masing-masing bendel berisi dua puluh zak. Sedangkan untuk distribusinya aku pakai gerobak dengan jumlah tenaga tiga orang. Orang kalo ngeliat kami pas lewat ngangkut zak-zak itu pakai gerobak itu mungkin bilang gampang banget zak cuma ditumpuk-tumpuk, diangkut gerobak, terus diarak rame-rame tiga orang. Tapi kalo orang tau, bikin tumpukan zak itu nggak gampang, asal ditumpuk-tumpuk di gerobak gitu. Ada pola-pola agar zak-zak itu nggak ambruk di tengah jalan pas lewat jalan yang sulit. Kalo nggak menurut pola itu, bisa-bisa zak-zak itu nggak kuat karena nggak bisa mengunci satu sama lain agar nggak ambruk. Dan yang tau pola seperti itu ya orang-orang yang setiap hari ngerjain kerjaan itu.

Intinya adalah manusia seperti kita ini lebih sering saling memandang, istilah Jawanya sawang sinawang, melihat orang lain dan merasa orang lain itu lebih gampang kerjaannya daripada kita. Padahal orang yang kita lihat itu tadi juga ngeliat kita dan merasa kita kerjanya gampang. Banyak dari kita sebagai manusia menganggap bahwa apa yang dimiliki orang lain itu lebih berharga daripada apa yang kita miliki. Tapi kita belum tau bahwa sebenarnya apa yang kita miliki itu lebih berharga daripada apapun.

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar, mumpung gratis lo...!!!

Daftar Blog Saya