Jumat, 30 September 2011

Televisi (bagian 2)

Lalu bagaimana dengan gerakan dakwah Islamiyah lewat televisi? Cukup menggairahkan, banyak tayangan dakwah bermunculan (terutama kalo bulan Ramadhan), bahkan ada tayangan yang tayang di jam yang tidak lazim digunakan untuk tayangan dakwah, di siang hari. Padahal biasanya tayangan dakwah disiarkan pagi hari setelah Subuh, atau kadang malam ato sore hari (di televisi lokal). Dengan penceramah dan tema yang bervariasi, pemirsa bisa memilih sendiri mana yang ingin mereka saksikan.

Tetapi sebenarnya, tayangan dakwah itu terkadang mencerminkan apa yang dipercayai oleh sang pendakwahnya, bukan dalam pemahaman umum. Sehingga kemudian muncul kesan bahwa tayangan tersebut eksklusif hanya untuk kalangan tertentu saja, yang juga menganut paham yang sama. Aku masih ingat betul gimana masalah ibadah berdasarkan salah satu madzab yang diangkat oleh seorang pendakwah. Kebetulan sang pendakwah menerangkan tentang tata cara ibadah haji yang dalam salah satu madzab dilarang, tetapi dibenarkan dalam madzab lain. Maka, saat melaksanakan ibadah haji, jika terpaksa harus melakukan tata cara tersebut, maka jamaah tersebut harus berganti madzab dulu, kemudian kalo udah selesai prosesi hajinya bisa balik lagi ke madzabnya.

Kemudian pertanyaannya, gimana tuh tata cara berganti madzab? Apakah berganti madzab disamakan seperti berganti agama? Padahal tata cara ibadah yang benar sesungguhnya berasal dari Rasulullah Muhammad SAW. Imam madzab menjelaskan tata caranya, dengan pemikiran yang sangat mendalam. Dan meskipun saat dalam suatu madzab tidak diajarkan suatu tata cara beribadah yang diajarkan oleh imam madzab yang lain, namun imam madzab tersebut tidak ragu untuk melakukan tata cara ibadah dari imam madzab yang lain, jika tata cara tersebut ada dalam tuntunan beribadah Rasulullah SAW.

Pada kenyataannya tayangan tersebut yang membuatku mempunyai pemikiran di atas, bahwa setiap pendakwah punya paham keislaman yang berbeda, yang kemudian dibawanya saat berdakwah. Akibatnya terjadilah marjinalisasi gerakan dakwah itu sendiri, dan yang lebih memberatkan, dakwah tersebut ditayangkan lewat televisi yang kemudian disiarkan dan disaksikan oleh masyarakat umum. Sehingga saat ada segolongan masyarakat yang berbeda paham dan kemudian mereka berpikiran sempit, dengan mudah akan timbul kesenjangan dan perselisihan di antara golongan tersebut. Padahal, Islam itu satu, hanya cara memandang dan memahami yang diyakini berbeda antar umat Islam itu sendiri.

Jadi, tetaplah jadi pemirsa yang kritis (bukan kritis seperti yang ada di UGD), pintar memilah dan memilih tayangan yang tepat, dan berpikir cerdas terhadap segala gambar yang keluar dari kotak (meskipun sekarang bentuknya gak selalu kotak) ajaib ini.

Dari Blog Sendiri

Related Posts:

  • Menyampah Banjir adalah sebuah efek berantai, dampak akibat dari berbagai sebab. Salah satunya adalah hilangnya jalur pembuangan air karena tertutup sampah. … Read More
  • No Pic = Hoax Dalam beberapa posting blogku, ditemui beberapa komentar berupa ‘no pic = hoax’. Suatu hal yang wajar bagiku, mengingat apa yang ditulis dalam blog… Read More
  • Kembali ke Suatu Masa Pernah gak suatu ketika punya keinginan kuat buat kembali ke masa lalu, ke sebuah momen, kemudian mengulang lagi kehidupan mulai dari titik terseb… Read More
  • Odong-Odong Suatu ketika aku tertarik pada sebuah artikel dalam sebuah blog setelah sang pemilik blog mengisi komen di blogku. ‘Kesetiaan Tukang Odong-odong P… Read More
  • Generalisasi; Karena Nila Setitik... Sering banget denger hal-hal seperti ini, ‘Orang dari daerah ini biasanya berkelakuan kasar’, atau ‘Orang dengan zodiak ini seringnya bernasib sial… Read More

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar, mumpung gratis lo...!!!

Daftar Blog Saya