Senin, 23 Maret 2015

Resensi Buku

Sebagai orang yang hobinya membaca, nggak lengkap rasanya kalo nggak meresensikan buku yang udah dibaca. Kali ini aku akan meresensikan sebuah buku, yaitu buku telepon.

Buku telepon pertama yang muncul di rumah kami adalah sebuah buku, berukuran sekitar folio, dengan warna kertas dua jenis, putih dan kuning. Buku ini sendiri secara umumnya terbagi menjadi empat bagian, bagian pertama adalah pembukaan, berisi basa-basi dari PT. Telkom sebagai pengarangnya. Bagian kedua berisi nomor-nomor telepon instansi pemerintahan ataupun kantor-kantor penting, yang malah dianggap nggak terlalu penting bagi orang pada umumnya.

Bagian ketiga berisi nomor-nomor pengguna telepon, biasanya dikelompokkan berdasarkan Kantor Cabang Telkom. Sedangkan bagian keempat adalah yang berwarna kuning, isinya iklan.

Buku telepon ini berguna banget, terutama buat mencari identitas dan nomor telepon kenalan, apalagi kalo mau cari kenalan lewat telepon. Dari buku ini, kita juga bisa tau nomor telepon Kantor Dinas Pendidikan, nomor telepon bioskop-bioskop kesayangan anda, sampe fasilitas yang disediakan oleh PT. Telkom.

Satu hal yang berguna dari buku telepon ini adalah aku bisa belajar kosakata bahasa Perancis. Soalnya di buku telepon pertama yang kami dapat ini, ada satu halaman yang nggak tau kenapa, membahas tentang bahasa Perancis. Satu lembar lagi adalah bahasa Inggris. Nggak tau kenapa juga, hanya dua bahasa ini yang ditampilkan, nggak ada bahasa Swahili di situ.

Dan kedua lembar bahasa asing itu nggak aku temuin di buku telepon edisi berikutnya, yaitu taun depannya. Asyiknya dari buku edisi berikutnya adalah ukurannya lebih kecil, tapi halamannya lebih tebal. Cocok buat dipake bantal buat tiduran di lantai.

Di tahun-tahun terakhir rumah kami menggunakan saluran telepon rumah, kami nggak lagi mendapatkan buku telepon. Entah kenapa, apakah karena penerbitnya putus asa, karena bukunya kurang laku di pasaran, atau nggak pernah diadain bedah bukunya, atau malah bukunya nggak segera dibuatin film.

Tapi emang di tahun-tahun itu kebutuhan kami akan telepon rumah juga semakin berkurang, seiring penggunaan telepon seluler di rumah kami, sehingga penggunaan telepon lebih sering hanya dipake buat nerima telepon aja. Atau kadang kalo telepon selulerku lagi sepi, nggak ada yang telepon atau SMS, telepon rumah aku gunakan buat menghubungi telepon selulerku sendiri, biar muncul tulisan ‘1 missed call’ di layarnya.

Related Posts:

  • Telepon Rumah Rumahku termasuk generasi awal yang memasang telepon rumah di daerahku. Di awal dekade ’90-an, saat telepon rumah masih jarang, apalagi telepon umu… Read More
  • Keranjang Sampah yang Membandel Ini pengalaman yang baru aku alamin. Begini ceritanya, di laptopku ada beberapa file yang udah masuk Recycle Bin dan gak bisa dihapus (Empty Recycl… Read More
  • Gara-Gara Jalan Pintas Suatu ketika, dalam sebuah seminar bersama dokter spesialis kandungan, seperti biasa beberapa peserta meminta materi yang disajikan oleh pemateriny… Read More
  • Bis Gara-gara liat ibu-ibu yang lagi nyegat bis, aku jadi mengingat-ingat kapan terakhir kali aku naik bis. Rasanya udah lama banget gak naik bis, tera… Read More
  • SIM (Surat Ijin Menyopir) Berkendara dengan kendaraan bermotor tanpa memegang SIM seolah merasa seperti maling saja, yang masuk ke rumah orang tanpa ijin. Sesuai namanya, SI… Read More

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar, mumpung gratis lo...!!!

Daftar Blog Saya