Rabu, 01 Januari 2014

Menggeser Sakit

Dulu aku pernah mengucapkan doa yang konyol tapi tulus. Bukan doa sih tepatnya, hanya sebatas ujaran saja. Ceritanya suatu ketika keluarga adikku dari Bekasi datang ke Kediri. Mungkin karena kombinasi antara cuaca yang berbeda ditambah dengan suasana di dalam bis selama perjalanan, anaknya yang keponakanku itu jadi kena flu. Melihat bayi usia enam bulan sakit tanpa bisa ngapa-ngapain, tentu saja bikin siapa saja yang menyayanginya iba dan kasihan. Dan aku, karena pengen dia kembali normal dan nyaman, kemudian secara spontan berujar bahwa kalo saja aku yang merasakan sakitnya maka akan lebih baik, karena aku lebih bisa dan tahu bagaimana mengatasi sakitnya.

Mungkin secara spontan atau tidak sengaja (atau mungkin juga sengaja), jika ada orangtua yang anaknya masih bayi atau balita sakit, permohonan seperti itu yang terlontar di dalam doanya. Karena kasihan melihat mereka yang sakit tanpa tahu bagaimana mengatasinya, orangtua pun berharap bahwa sebaiknya sakitnya digeser ke dia, atau ditukar dengan kesehatan mereka. Padahal kalo dipikir, permohonan seperti itu bisa dibilang adalah permohonan yang ‘egois’, di mana orangtua hanya memikirkan diri sendiri daripada anaknya.

Kok bisa begitu? Misalnya saja seorang ibu, yang bayinya berusia 6 bulan sakit flu, sehingga rewel dan menangis terus menerus. Kemudian ibu tersebut berdoa agar penyakitnya dipindah ke dirinya. Kalo hitungannya doanya dikabulkan, ibu tersebut sakit, dan kemudian anaknya sembuh, terus kemudian bagaimana ibu tersebut akan mengurus anaknya yang sehat sedangkan dia dalam keadaan sakit. Kalo dia memaksa mengurus anaknya, dan anaknya bisa kena resiko tertular, maka itu adalah sebuah kerepotan baru.

Itu kalo hitungannya doa ibu tadi dikabulkan dan sakitnya berpindah. Tapi bisa jadi malah keduanya sakit. Ibunya ikut sakit sedangkan anaknya nggak sembuh juga. Jadi kedua-duanya sakit dalam waktu yang bersamaan. Maka juga akan menimbulkan sebuah kerepotan baru yang berganda.

Makanya, memang berdoa untuk kejelekan itu tidak dianjurkan, bahkan bila kejelekan itu ditujukan untuk diri sendiri. Seharusnya yang dipermohonkan dalam doa orangtua untuk anaknya adalah doa kesembuhan anaknya, bukan doa ‘pengalihan penderitaan’. Dengan kesembuhan untuk semuanya, maka tidak ada kerepotan baru yang timbul karena ada salah satu yang sakit. Sang anak bisa bermain dan beraktifitas seperti biasanya, demikian juga dengan sang ibunya, bisa beraktifitas dan mengurus anaknya dengan normal pula. Semua sehat, semua bahagia…!

Dan entah karena tadi ujaranku dikabulkan ataukah kebetulan tertular, aku pun ‘berhasil’ sakit. Tapi sayangnya, bukannya karena ‘pergeseran’ sakit, karena keponakanku masih tetap sakit. Dan akhirnya, aku sendiri yang mendapatkan kerugian, karena sekitar dua hari berikutnya aku tidak bisa menemaninya bermain-main. Untungnya aku ‘hanya’ pamannya, yang nggak setiap saat bersama dia, sehingga ibunya yang sehat masih bisa mengurusnya dengan baik.

Related Posts:

  • Kota Kecil Setiap orang pasti membangga-banggakan daerah asal masing-masing. Dan pembanggaan sedikit banyak mengarah pada perilaku primordialis dengan masing-… Read More
  • Fasilitas Umum Ngomongin soal fasilitas umum, pernah nggak anda menemukan fasilitas umum di Indonesia ini yang bersih, terawat, dan berfungsi dengan baik? Jarang … Read More
  • Pemilihan Kepala Desa Pagi hari, menjelang berangkat ke lapangan untuk melaksanakan pemilihan kepala desa, terjadi dialog antara aku dan ibuku.‘Kalau milih xxxx, kita kh… Read More
  • Hari Senin Hari Senin itu menyenangkan, terutama kalo libur. Kalo nggak libur? Ya masuk kerja dong, orang nggak libur.Kadang nggak kerasa hari udah hari Seni… Read More
  • Opera Van Java Yang mampir dan baca di sini pasti tau kan, acara Opera Van Java? Kalo nggak tau, seenggaknya pernah dengar lah. Atau nggak, seenggaknya punya ken… Read More

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar, mumpung gratis lo...!!!

Daftar Blog Saya