Kamis, 26 Desember 2013

Silakan Mengeluh Jika...

Mengeluh adalah salah satu luapan ketidakpuasan atas nikmat yang telah kita dapatkan. Akan tetapi bisakah kita memilih nikmat manakah yang PANTAS kita keluhkan, bila dibandingkan dengan kenyataan bahwa kita bebas menggunakan oksigen kapan pun kita sukai?

Apakah keadaan yang kita keluhkan PANTAS dibandingkan dengan kenyataan bahwa kita bebas dibiarkan hidup tanpa kita pernah merasa harus membayar ‘hutang’ tersebut?

Kalaupun kita anggap itu adalah sesuatu yang pantas, maka silakan mengeluh. Tapi logikanya, berarti kita nggak mengakui nikmat lain yang kita tidak merasa perlu untuk dikeluhkan, dan dengan demikian kita tidak dirasa pantas untuk mendapatkan nikmat-nikmat tersebut.

Demikiankah? Wa Allohu a’lam bi ash showab.

Selamat mengeluh bagi yang merasa pantas melaksanakannya.

Related Posts:

  • Menyampah Banjir adalah sebuah efek berantai, dampak akibat dari berbagai sebab. Salah satunya adalah hilangnya jalur pembuangan air karena tertutup sampah. … Read More
  • Kembali ke Suatu Masa Pernah gak suatu ketika punya keinginan kuat buat kembali ke masa lalu, ke sebuah momen, kemudian mengulang lagi kehidupan mulai dari titik terseb… Read More
  • Generalisasi; Karena Nila Setitik... Sering banget denger hal-hal seperti ini, ‘Orang dari daerah ini biasanya berkelakuan kasar’, atau ‘Orang dengan zodiak ini seringnya bernasib sial… Read More
  • No Pic = Hoax Dalam beberapa posting blogku, ditemui beberapa komentar berupa ‘no pic = hoax’. Suatu hal yang wajar bagiku, mengingat apa yang ditulis dalam blog… Read More
  • Dendam Berantai Setelah berhasil membunuh Tunggul Ametung dan menjadi raja di Tumapel, Ken Arok tewas dibunuh Anusapati, yang merupakan anak dari Tunggul Ametung. … Read More

3 komentar:

  1. coba klo oxigen ada tarifnya, bisa2 gaji cuma abis buat napas aja

    BalasHapus
  2. Febriansyah Nuzi: nice visit, too :)
    Yandhi Ramadhana: bisa-bisa gajinya nggak cukup tuh :D

    BalasHapus

Silakan berkomentar, mumpung gratis lo...!!!

Daftar Blog Saya