Sebagai salah satu daerah yang populer di Indonesia, selain Konoha, Surabaya adalah kota yang unik. Dari namanya aja udah keliatan unik, Surabaya. Padahal kota-kota di sekitarnya namanya Gresik, Sidoarjo, Mojokerto, atau Malang. Ini malah namanya Surabaya.
Dari lokasi, Surabaya juga istimewa. Surabaya adalah satu-satu kota, yang terletak di Surabaya. Bandingkan dengan Gresik, Sidoarjo, Mojokerto, atau Malang. Cukup unik kan?
Beberapa waktu yang lalu aku pergi ke Surabaya. Nggak istimewa banget sih, soalnya emang sering. Kalo kepergianku yang kali ini tujuannya adalah mau beli beberapa kebutuhan peralatan komputer dan aksesorisnya. Ini pertama kalinya, soalnya biasanya aku beli di sekitaran daerah Kediri aja.
Tujuan utamaku adalah Hitech Mall. Masalahnya adalah, toko di bagian Hitech Mall mana yang akan aku tuju. Berbekal kengawuran dan sedikit improvisasi, akhirnya aku nemuin salah satu toko yang cukup nyaman. Toko ini punya online shop juga, sehingga padu padan perangkat komputer satu dengan yang lainnya bisa lancar. Bisa menyesuaikan dengan anggaran juga. Dan karena kebetulan daftar belanja yang aku bikin ternyata beberapa bagiannya udah nggak keluar produksi lagi, nyari gantinya juga nggak susah.
Dan sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, jalanan Surabaya pasti nggak jauh dari yang namanya kepadatan kendaraan. Itulah yang aku alami waktu itu, terutama pas perjalanan pulang. Perjalanan pulang ini dimulai sekitar jam lima, saat kepadatan mungkin berada pada titik awal, di mana para pekerja pulang dari tempat kerjanya, sedangkan di jalanan masih banyak kendaraan lain yang sebelumnya udah berada di jalanan.
Sambil melewati kemacetan di sebuah persimpangan jalan, pas lampu merah nyala, kami semobil membicarakan tentang kehidupan di kota besar seperti Surabaya ini, yang cukup berbeda dengan kota asal kami, Kediri. Di Kediri macet juga sih, tapi nggak begitu parah. Dan kalo ada orang Kediri udah ngeluh kalo pas macet, mungkin dia nggak cocok hidup di kota besar.
Yang kami obrolin seputar gimana keseharian rutinitas penduduk kota besar kaya gini, yang harus pergi pagi-pagi biar lancar di perjalanan, dan pulangnya hari udah gelap masih di jalan. Nyampe rumah mungkin baru malam, istirahat bentar, pagi-paginya besoknya udah berangkat lagi.
Sambil ngobrol aku perhatikan di luar kendaraan kami, jalanan yang dipenuhi kendaraan, kebanyakan yang keliatan sepeda motor. Aku jadi membayangkan mungkin dengan kemacetan semacam ini setiap hari, akan ada orang-orang yang selalu bertemu di lampu merah yang sama. Kemudian mereka kenalan, di lampu merah itu juga. Besoknya ketemu lagi, di tempat yang sama tadi. Orang biasanya ketemu dan kenalan di kafe, mall, atau lapangan, ini ketemunya di lampu merah.
Tapi di luar itu semua, yang namanya tinggal di sebuah daerah itu pasti ada kelebihan dan kekurangannya, selaras dengan semua pasti ada resikonya. Mau tinggal di mana pun, atau kerja di kota apa aja, akan ada sesuatu yang jadi pertimbangan kita. Malah kadang juga jadi saling memandang orang lain hidupnya lebih enak daripada kita. Atau malah bisa jadi kita bersyukur, tempat tinggal kita nggak seperti tempat yang lain. Sebenernya kembali pada masing-masing kitanya aja sih gimana ngejalaninnya.
Perjalananku ke Surabaya hari itu, berakhir saat aku nyampe kembali di Kediri. Kalo belum di Kediri, berarti aku belum nyampe.
Dari lokasi, Surabaya juga istimewa. Surabaya adalah satu-satu kota, yang terletak di Surabaya. Bandingkan dengan Gresik, Sidoarjo, Mojokerto, atau Malang. Cukup unik kan?
Beberapa waktu yang lalu aku pergi ke Surabaya. Nggak istimewa banget sih, soalnya emang sering. Kalo kepergianku yang kali ini tujuannya adalah mau beli beberapa kebutuhan peralatan komputer dan aksesorisnya. Ini pertama kalinya, soalnya biasanya aku beli di sekitaran daerah Kediri aja.
Tujuan utamaku adalah Hitech Mall. Masalahnya adalah, toko di bagian Hitech Mall mana yang akan aku tuju. Berbekal kengawuran dan sedikit improvisasi, akhirnya aku nemuin salah satu toko yang cukup nyaman. Toko ini punya online shop juga, sehingga padu padan perangkat komputer satu dengan yang lainnya bisa lancar. Bisa menyesuaikan dengan anggaran juga. Dan karena kebetulan daftar belanja yang aku bikin ternyata beberapa bagiannya udah nggak keluar produksi lagi, nyari gantinya juga nggak susah.
Dan sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, jalanan Surabaya pasti nggak jauh dari yang namanya kepadatan kendaraan. Itulah yang aku alami waktu itu, terutama pas perjalanan pulang. Perjalanan pulang ini dimulai sekitar jam lima, saat kepadatan mungkin berada pada titik awal, di mana para pekerja pulang dari tempat kerjanya, sedangkan di jalanan masih banyak kendaraan lain yang sebelumnya udah berada di jalanan.
Sambil melewati kemacetan di sebuah persimpangan jalan, pas lampu merah nyala, kami semobil membicarakan tentang kehidupan di kota besar seperti Surabaya ini, yang cukup berbeda dengan kota asal kami, Kediri. Di Kediri macet juga sih, tapi nggak begitu parah. Dan kalo ada orang Kediri udah ngeluh kalo pas macet, mungkin dia nggak cocok hidup di kota besar.
Yang kami obrolin seputar gimana keseharian rutinitas penduduk kota besar kaya gini, yang harus pergi pagi-pagi biar lancar di perjalanan, dan pulangnya hari udah gelap masih di jalan. Nyampe rumah mungkin baru malam, istirahat bentar, pagi-paginya besoknya udah berangkat lagi.
Sambil ngobrol aku perhatikan di luar kendaraan kami, jalanan yang dipenuhi kendaraan, kebanyakan yang keliatan sepeda motor. Aku jadi membayangkan mungkin dengan kemacetan semacam ini setiap hari, akan ada orang-orang yang selalu bertemu di lampu merah yang sama. Kemudian mereka kenalan, di lampu merah itu juga. Besoknya ketemu lagi, di tempat yang sama tadi. Orang biasanya ketemu dan kenalan di kafe, mall, atau lapangan, ini ketemunya di lampu merah.
Tapi di luar itu semua, yang namanya tinggal di sebuah daerah itu pasti ada kelebihan dan kekurangannya, selaras dengan semua pasti ada resikonya. Mau tinggal di mana pun, atau kerja di kota apa aja, akan ada sesuatu yang jadi pertimbangan kita. Malah kadang juga jadi saling memandang orang lain hidupnya lebih enak daripada kita. Atau malah bisa jadi kita bersyukur, tempat tinggal kita nggak seperti tempat yang lain. Sebenernya kembali pada masing-masing kitanya aja sih gimana ngejalaninnya.
Perjalananku ke Surabaya hari itu, berakhir saat aku nyampe kembali di Kediri. Kalo belum di Kediri, berarti aku belum nyampe.
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan berkomentar, mumpung gratis lo...!!!