Terasa banget ya, udah lama nggak nulis blog. Masuk akun blog ini, banyak sarang laba-laba di langit-langit. Kecoa berlarian di pojokan. Tulisan blog lama udah berdebu. Sampe sampah menumpuk di komentar. Tapi yang patut disyukuri di atas segalanya, aku masih inget password akun blogku ini.
Jadi ceritanya dulu aku pernah ikutan kursus di sebuah lembaga diklat, sebut saja namanya Dharma Nusa. Aku tulis ‘sebut saja’ bukan karena Dharma Nusa itu nama samaran, tapi emang namanya Dharma Nusa.
Nah, suatu ketika lembaga ini ngadain wisata ke Jogja. Dan sepulang dari Jogja, kita para peserta didik diwajibkan membuat karangan tentang perjalanan ke Jogja, pake Bahasa Inggris. Kebetulan kemampuanku berbahasa Inggris cukup lumayan, lumayan ngaco.
Dan demi kewajiban itu, kita semua harus bekerja keras membuat karangan berbahasa Inggris. Karena waktu itu belum musim yang namanya Google Translator, software translator juga belum terlalu terkenal, apalagi biaya jasa terjemahan cukup mahal. Belum sempat nanya sih, tapi pastinya mahal.
Jadinya berbekal buku kamus, ingatan tentang pelajaran Bahasa Inggris di sekolah, dan mengandalkan spelling and grammar checker di Microsoft Word buat mengkoreksi kata dan susunan kalimat, aku tulis dulu karanganku dalam Bahasa Indonesia, kemudian baru diterjemahkan.
Tapi dasar panik, berhubung tugas juga harus cepat selesai, karangan yang harusnya menceritakan tentang pengalaman dan pelajaran yang didapat selama di Jogja malah berisi pengalaman konyol selama di Jogja. Mulai dari celana pendekku yang sobek waktu di Kaliurang, salah masuk bis waktu di Malioboro, sampai kisah temanku yang hampir matang di bak mandi, karena airnya terlalu panas.
Dan karena punya bakat jadi populer, karangan konyolku tadi malah jadi rujukan teman-temanku buat bikin karangan mereka. Kebetulan, bukan benar-benar kebetulan juga sih, di sela-sela wisata itu aku juga ikut lomba pidato Bahasa Inggris. Waktu itu aku berpidato Bahasa Inggris dengan logat Jawa medok. Sayangnya aku nggak menang, karena isi pidatoku sama judul dan temanya nggak nyambung. Ya udah kaya tulisan di blogku ini, sering nggak nyambung judul sama isinya. Ikut lomba aja udah bikin panik. Sampe-sampe ada lawanku yang pidatonya diambil dari bacaan buku pelajaran Bahasa Inggris.
Jadi karena tampilanku itu, aku jadi dianggap fasih berbahasa Inggris. Akhirnya banyak yang ambil karanganku buat dibikin jadi tugas mereka. Padahal kisa kita kan beda-beda ya di sana. Sampe-sampe pernah waktu jam kursus malam, iseng-iseng aku baca tumpukan tugasnya. Aku baca salah satu tugas, isinya mirip banget sama tugasku. Parahnya ada juga cerita tentang celana pendek yang sobek, salah naik bis, sampe teman yang hampir matang. Penasaran kan, aku cari nama pembuat tugas itu. Eh ternyata itu tugasku sendiri.
Lumayan ya, cerita tentang membuat cerita bisa ngisi lagi blogku yang lama kering. Lain kali mungkin aku bisa cerita detail perjalanan ke Jogja itu, kalo nggak ada ide lain.
Jadi ceritanya dulu aku pernah ikutan kursus di sebuah lembaga diklat, sebut saja namanya Dharma Nusa. Aku tulis ‘sebut saja’ bukan karena Dharma Nusa itu nama samaran, tapi emang namanya Dharma Nusa.
Nah, suatu ketika lembaga ini ngadain wisata ke Jogja. Dan sepulang dari Jogja, kita para peserta didik diwajibkan membuat karangan tentang perjalanan ke Jogja, pake Bahasa Inggris. Kebetulan kemampuanku berbahasa Inggris cukup lumayan, lumayan ngaco.
Dan demi kewajiban itu, kita semua harus bekerja keras membuat karangan berbahasa Inggris. Karena waktu itu belum musim yang namanya Google Translator, software translator juga belum terlalu terkenal, apalagi biaya jasa terjemahan cukup mahal. Belum sempat nanya sih, tapi pastinya mahal.
Jadinya berbekal buku kamus, ingatan tentang pelajaran Bahasa Inggris di sekolah, dan mengandalkan spelling and grammar checker di Microsoft Word buat mengkoreksi kata dan susunan kalimat, aku tulis dulu karanganku dalam Bahasa Indonesia, kemudian baru diterjemahkan.
Tapi dasar panik, berhubung tugas juga harus cepat selesai, karangan yang harusnya menceritakan tentang pengalaman dan pelajaran yang didapat selama di Jogja malah berisi pengalaman konyol selama di Jogja. Mulai dari celana pendekku yang sobek waktu di Kaliurang, salah masuk bis waktu di Malioboro, sampai kisah temanku yang hampir matang di bak mandi, karena airnya terlalu panas.
Dan karena punya bakat jadi populer, karangan konyolku tadi malah jadi rujukan teman-temanku buat bikin karangan mereka. Kebetulan, bukan benar-benar kebetulan juga sih, di sela-sela wisata itu aku juga ikut lomba pidato Bahasa Inggris. Waktu itu aku berpidato Bahasa Inggris dengan logat Jawa medok. Sayangnya aku nggak menang, karena isi pidatoku sama judul dan temanya nggak nyambung. Ya udah kaya tulisan di blogku ini, sering nggak nyambung judul sama isinya. Ikut lomba aja udah bikin panik. Sampe-sampe ada lawanku yang pidatonya diambil dari bacaan buku pelajaran Bahasa Inggris.
Jadi karena tampilanku itu, aku jadi dianggap fasih berbahasa Inggris. Akhirnya banyak yang ambil karanganku buat dibikin jadi tugas mereka. Padahal kisa kita kan beda-beda ya di sana. Sampe-sampe pernah waktu jam kursus malam, iseng-iseng aku baca tumpukan tugasnya. Aku baca salah satu tugas, isinya mirip banget sama tugasku. Parahnya ada juga cerita tentang celana pendek yang sobek, salah naik bis, sampe teman yang hampir matang. Penasaran kan, aku cari nama pembuat tugas itu. Eh ternyata itu tugasku sendiri.
Lumayan ya, cerita tentang membuat cerita bisa ngisi lagi blogku yang lama kering. Lain kali mungkin aku bisa cerita detail perjalanan ke Jogja itu, kalo nggak ada ide lain.
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan berkomentar, mumpung gratis lo...!!!