Kalo kita berada dalam sebuah budaya yang bukan budaya asli kita, lambat laun kita akan ikut terlarut dalam budaya itu. Entah itu karena kita terlalu terbiasa, atau kita terlalu latah ngikut-ngikut. Tapi seringnya karena kita menganggap budaya orang lain itu begitu menarik untuk diikuti, entah karena alasan biar bisa menyatu dengan budaya itu, atau karena biar terlihat keren dalam lingkungan budaya kita sendiri.
Dulu pernah kejadian pas masa praktek industri di SMK. Beberapa bulan tersebar di berbagai kota, pulang-pulang teman-teman ini berkumpul dengan logat dan bahasa masing-masing. Ini yang membingungkan, mereka kehilangan logat bahasa Jawa halus a la Kediri sebagai bahasa ibu mereka, dan beralih ke logat bahasa Jawa aneh yang bukan asli Kedirinya. Nggak tau kenapa, tapi kalo aku sendiri yang ngalamin aku menganggap bahwa logat yang aku dapati selama praktek ini unik dan kalo ditirukan memperkaya bahasa yang aku pakai. Tapi justru akhirnya logat ‘luar’ itu mengacaukan kebahasaanku sehari-hari, sampai akhirnya lambat laun logat campuran itu hilang dan kembali ke bahasa percakapan asalku.
Ada lagi pengalaman waktu SD dulu. Di SD aku ikut tim drumband. Suatu ketika ada lomba drumband dalam Porseni se Kabupaten Kediri. Dan karena pelatih drumband di SDku juga melatih SD lain yang masih sekecamatan, maka kedua tim ini berlatih bersama di lapangan. Awalnya nggak ada masalah, semua lagu dimainkan sesuai dengan lagu yang kami latih selama ini. Selama latihan, kami bergantian dengan SD satunya untuk tampil di lapangan. Dan selama nonton latihan inilah pikiran kami seolah tercuci. Setelah agak lama, kami berangkat ke lapangan dengan lagu kami, dan pulang dengan lagunya mereka. Dan ternyata mereka pun sama kaya gitu.
Itu kalo kejadian karena sebentar tinggal di lingkungan baru. Kalo kejadiannya tinggalnya lama, bahkan bisa sampai sepanjang hidup, maka budaya yang itu bisa ‘merasuki’ kita. Dan lama-lama budaya asli kita bisa berganti pada budaya baru yang kita tinggali itu. Maka percampuran seperti ini mungkin bisa jadi cara kita membaur dengan budaya baru yang kita datangi, agar kita nggak terasa sebagai orang asing.
Nggak ada yang salah sih, dengan apa yang terjadi. Toh ibaratnya hal-hal baru yang kita temui pada akhirnya akan kita sesuaikan dengan keadaan kita, jadi berbaur dengan kehidupan kita keseharian. Kalo hal baru ini nggak bisa disesuaikan dengan kita, maka bisa jadi kita akan merasakan hal ini selalu menjadi hal yang baru bagi kehidupan kita.
Dulu pernah kejadian pas masa praktek industri di SMK. Beberapa bulan tersebar di berbagai kota, pulang-pulang teman-teman ini berkumpul dengan logat dan bahasa masing-masing. Ini yang membingungkan, mereka kehilangan logat bahasa Jawa halus a la Kediri sebagai bahasa ibu mereka, dan beralih ke logat bahasa Jawa aneh yang bukan asli Kedirinya. Nggak tau kenapa, tapi kalo aku sendiri yang ngalamin aku menganggap bahwa logat yang aku dapati selama praktek ini unik dan kalo ditirukan memperkaya bahasa yang aku pakai. Tapi justru akhirnya logat ‘luar’ itu mengacaukan kebahasaanku sehari-hari, sampai akhirnya lambat laun logat campuran itu hilang dan kembali ke bahasa percakapan asalku.
Ada lagi pengalaman waktu SD dulu. Di SD aku ikut tim drumband. Suatu ketika ada lomba drumband dalam Porseni se Kabupaten Kediri. Dan karena pelatih drumband di SDku juga melatih SD lain yang masih sekecamatan, maka kedua tim ini berlatih bersama di lapangan. Awalnya nggak ada masalah, semua lagu dimainkan sesuai dengan lagu yang kami latih selama ini. Selama latihan, kami bergantian dengan SD satunya untuk tampil di lapangan. Dan selama nonton latihan inilah pikiran kami seolah tercuci. Setelah agak lama, kami berangkat ke lapangan dengan lagu kami, dan pulang dengan lagunya mereka. Dan ternyata mereka pun sama kaya gitu.
Itu kalo kejadian karena sebentar tinggal di lingkungan baru. Kalo kejadiannya tinggalnya lama, bahkan bisa sampai sepanjang hidup, maka budaya yang itu bisa ‘merasuki’ kita. Dan lama-lama budaya asli kita bisa berganti pada budaya baru yang kita tinggali itu. Maka percampuran seperti ini mungkin bisa jadi cara kita membaur dengan budaya baru yang kita datangi, agar kita nggak terasa sebagai orang asing.
Nggak ada yang salah sih, dengan apa yang terjadi. Toh ibaratnya hal-hal baru yang kita temui pada akhirnya akan kita sesuaikan dengan keadaan kita, jadi berbaur dengan kehidupan kita keseharian. Kalo hal baru ini nggak bisa disesuaikan dengan kita, maka bisa jadi kita akan merasakan hal ini selalu menjadi hal yang baru bagi kehidupan kita.
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan berkomentar, mumpung gratis lo...!!!