Jumat, 29 November 2013

Odong-Odong

Suatu ketika aku tertarik pada sebuah artikel dalam sebuah blog setelah sang pemilik blog mengisi komen di blogku. ‘Kesetiaan Tukang Odong-odong Pada Lagu Anak’ judul blognya, menceritakan bahwa tukang odong-odong adalah satu pihak yang paling setia memutar dan menyiarkan lagu anak-anak. Mungkin sebuah kalimat yang terkesan ironis, tapi mirisnya memang begitulah adanya yang terjadi di dunia nyata.

Yang aku amati sendiri dari lingkunganku, di Jalan Tamtama, jalan utama di desaku, di mana setiap sore sampai malam hari berjajar bapak-bapak tukang odong-odong, seolah dari mereka bersahut-sahutan lagu anak-anak menyuara seiring berputarnya becak goyang mereka menghibur anak-anak yang sedang naik di atasnya. Berdampingan dengan alunan lagu-lagu Sagita yang disetel oleh para penjual VCD di jalan yang sama. Lagu anak-anak masih sangat tepat untuk menemani anak-anak kecil dengan tawa-tawa riang mereka menaiki wahana hiburan murah meriah tersebut.

Berlawanan dengan apa yang terjadi di malam takbiran Idul Adha kemarin. Sebuah mobil bak terbuka, berisi anak-anak kecil yang seharusnya mengumandangkan kalimat takbir, tahmid dan tahlil dalam rangka menyambut hari raya keesokan harinya, tapi yang berkumandang malah lagu ‘Hamil Duluan’ yang dinyanyikan serempak tanpa cela oleh anak-anak kecil tersebut. Orang-orang dewasa yang ada di mobil pun seolah tidak memprotes apa yang mereka lakukan, sehingga anak-anak tersebut merasa bahwa mereka tidak bersalah menyanyikan lagu tersebut.

Pergeseran budaya pasar, mengorbankan hak anak-anak untuk mendengarkan lagu-lagu yang sesuai bagi mereka. Jarang sekali lagu-lagu yang tersedia bagi mereka di media-media elektronik terutamanya. Ditambah pula, kurang sadarnya para orangtua menyediakan kaset atau VCD berisi lagu-lagu anak-anak di rumah. Anak-anak sekarang lebih suka mendengarkan lagu-lagu dewasa sebagai pengantar tidur daripada mendengarkan lagu-lagu yang bertema ‘kekanakan’ sebagai bekal pemikiran mereka. Bagi beberapa orangtua, anak-anak yang bisa nyanyi lagu dewasa terlihat lucu dan membanggakan.

Kalo bagiku sebenarnya ada satu lagi pihak yang masih setia dengan lagu-lagu anak-anak, yaitu para guru TK. Namun sayangnya TK hanya mempunyai waktu beberapa jam untuk mengisi pendengaran anak-anak dengan lagu-lagu mereka.

Related Posts:

  • Di Posisi Ketiga Dalam turnamen yang menggunakan sistem peringkat ke-3, atau istilahnya perebutan tempat ketiga, akan tampak bahwa juara ketiga akan nampak lebih ba… Read More
  • (sekali lagi tentang) Iklan Suatu ketika, aku pernah membaca surat pembaca di sebuah media. Dalam surat ini, seorang pembaca mengeluhkan tentang iklan yang ada di televisi. Be… Read More
  • Bahasa dan Pendidikan Indonesia“Kenapa ya, biaya kuliah kita kok bisa begitu mahal?” “Karena pas kita mendaftar, poster yang dipajang pakai kata registration, maka bayarnya Rp. 35 … Read More
  • Halangan dan Kehidupan Sabtu siang, 15 Mei 2010, di salah satu sisi lapangan di Stadion New Wembley, London, Didier Drogba meratap, mengeluh dan memaki, sambil memukuli t… Read More
  • Festival Film Indonesia vs Indonesian Movie Awards Festival Film Indonesia (FFI) merupakan ajang penghargaan tertinggi bagi dunia perfilman di Indonesia. FFI pertama kali diselenggarakan pada tahun … Read More

2 komentar:

  1. ya itulah salah satu cara buat dapat sedikit rupiah

    saya juga sudah follow blog anda, dan saya mohon untuk memfollow juga blog saya.
    terimakasih, saya blogger baru :)

    BalasHapus
  2. Terima kasih udah berkunjung, insya Allah saya follback :)

    BalasHapus

Silakan berkomentar, mumpung gratis lo...!!!

Daftar Blog Saya