Jumat, 17 Januari 2025

Saving Private Ryan (Bukan Resensi Film)

Jadi, malam itu saya lagi suntuk banget, ngerjain tugas sambil sesekali ngelirik jam yang nggak terasa berdetik. Rasanya waktu kayak berhenti. Buat nyemangatin diri, saya puter film yang sebenarnya udah pernah saya tonton beberapa kali, Saving Private Ryan. Tapi entah kenapa, malam itu nonton film itu terasa beda. Bukan cuma karena adegan perangnya yang bikin bulu kuduk merinding, tapi juga ada sesuatu yang saya tangkap lebih dalam. Ternyata, perang itu… nggak pernah ada hentinya.

Bayangin, tiap tentara yang terlibat perang harus terus bergerak, terus fokus mengamati musuh, melepas serangan, sambil tetap berjuang buat bertahan. Mereka harus menghindari serangan sebisa mungkin, membantu temannya yang terluka karena tembakan atau bom. Semua itu terasa seperti nggak ada istirahatnya. Bayangin kalau itu dilakukan seharian. Bahkan kalau dia bisa bertahan hidup hari itu, besoknya lagi dia harus ngelakuin itu lagi. Besoknya lagi, dan seterusnya, sampai perang itu selesai, atau hidupnya yang selesai.

Itu baru perang di dunia modern. Gimana kalau perang di dunia klasik? Liat aja perang klasik buat gambaran, kayak di film Lord of the RingsAlexanderRed Cliff, atau film perang kolosal lainnya. Perang waktu itu masih berbentuk duel satu lawan satu. Bisa aja pas kita duel, orang di samping kita itu bukan kawan, tapi lawan. Saat kita berduel dengan satu orang dan menang, kita harus langsung ngelawan yang ada di sebelahnya. Dan itu berlangsung seharian. Bahkan kalau kita bertahan hidup hari itu, besoknya kita harus ngelakuin hal yang sama lagi. Besoknya lagi, dan terus begitu, sampai perang itu selesai, atau hidup kita yang selesai.

Kebayang juga gimana perang di zaman Rasulullah Muhammad SAW. Dalam cerita-cerita perang beliau, gambaran perangnya udah begitu dahsyat. Saya yakin para sahabat yang selamat dari perang-perang itu pasti mengalami luka-luka, atau bahkan kehilangan anggota tubuh. Kalau kita lihat bagaimana mereka berperang, perjuangannya nggak cuma soal fisik, tapi juga soal mental dan spiritual yang luar biasa.

Kalau kita lihat sejarahnya (baik di film, literatur, atau cerita-cerita besar) saya jadi berpikir, perang itu lebih dari sekadar medan tempur. Ia adalah gambaran tentang kelelahan jiwa dan tubuh, tentang keberanian yang nggak kenal lelah, dan tentang rasa sakit yang terus menggerogoti. Sampai akhirnya, mungkin cuma ada satu hal yang bisa mengakhiri semuanya: kemenangan, atau akhir dari hidup kita sendiri.

Related Posts:

  • Pakai Bahasa Indonesia Dari sejak blog pertamaku aku selalu pengen mempertahankan ke-Indonesiaanku, khususnya dalam penggunaan bahasa Indonesia di setiap tulisan blogku. … Read More
  • Hobi Hobiku adalah membaca. Aku mendapatkannya dari sebuah majalah anak-anak. Jadi gini awal ceritanya, waktu itu ibuku mengirimkan foto dan dataku ke s… Read More
  • Tanya Dilema Suatu pagi, di tengah-tengah pekerjaan, tiba-tiba ponselku berbunyi. Ada pesan di Facebook Messenger dari seorang temanku.‘Chuin, nggak kerja ya?’‘… Read More
  • Seperti Nemo Ada satu film yang bagiku aneh banget, yaitu Finding Nemo. Inti ceritanya kan ada seekor ayah ikan yang mencari anaknya. Yang aneh itu ternyata ika… Read More
  • Power Bank Di jaman gadget seperti sekarang ini, keberadaan smartphone menjadi bagian kehidupan bagi beberapa orang. Tapi di balik kecanggihan dan segala kele… Read More

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar, mumpung gratis lo...!!!

Daftar Blog Saya